Gaya Hidup Paylater, Antara Solusi Cepat dan Jerat Utang bagi Anak Muda Bergaji UMR

Reporter: Agustriawan |

Editor: Irwansyah |

Kamis , 09 Oct 2025 - 23:20

Fenomena paylater menawarkan kemudahan transaksi bagi anak muda, namun tanpa pengelolaan yang bijak, layanan ini bisa berubah menjadi jerat utang yang menekan finansial generasi muda bergaji UMR. Foto:Ilustrasi--

SUMATERAEKSPRES.ID – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial, layanan paylater menjadi fenomena baru di kalangan anak muda.

Sistem pembayaran yang memungkinkan pengguna membeli barang terlebih dahulu dan membayarnya belakangan ini seolah menjadi solusi instan untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus menunggu gajian.

Namun, di balik kemudahan itu, tersembunyi risiko finansial yang bisa menjadi bom waktu—terutama bagi mereka yang bergaji UMR.

Kemudahan yang Berujung Masalah

Konsep paylater menawarkan kenyamanan: belanja sekarang, bayar nanti. Tapi kemudahan ini sering kali menjerumuskan anak muda pada perilaku konsumtif dan kurangnya kesadaran finansial.

1. Utang yang Menggunung

Banyak pengguna tergoda untuk membeli barang secara impulsif tanpa mempertimbangkan kemampuan membayar di kemudian hari.

Ketika tagihan mulai datang, barulah mereka sadar bahwa total utang telah menumpuk. Tanpa perencanaan, kondisi ini dapat berujung pada tekanan finansial jangka panjang.

2. Bunga dan Denda yang Mencekik

Meski menawarkan cicilan ringan atau 0% di awal, banyak layanan paylater membebankan bunga tinggi jika pembayaran terlambat.

Bahkan, beberapa platform mengenakan denda yang melebihi pinjaman konvensional. Akibatnya, nominal utang yang semula kecil bisa berlipat ganda dalam waktu singkat.

3. Skor Kredit Terancam

Keterlambatan pembayaran paylater akan tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK.

Catatan buruk ini bisa berdampak pada masa depan finansial, terutama saat ingin mengajukan kredit rumah, kendaraan, atau pinjaman lain.

gaya hidup paylater,  antara solusi cepat dan jerat utang bagi anak muda bergaji umr                            sumateraekspres.id – di tengah pesatnya perkembangan teknologi finansial, layanan paylater menjadi fenomena baru di kalangan anak muda.
sistem pembayaran yang memungkinkan pengguna membeli barang terlebih dahulu dan membayarnya belakangan ini seolah menjadi solusi instan untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus menunggu gajian.
namun, di balik kemudahan itu, tersembunyi risiko finansial yang bisa menjadi bom waktu—terutama bagi mereka yang bergaji umr.
kemudahan yang berujung masalah
konsep paylater menawarkan kenyamanan: belanja sekarang, bayar nanti. tapi kemudahan ini sering kali menjerumuskan anak muda pada perilaku konsumtif dan kurangnya kesadaran finansial.
baca juga:paylater 2025, antara gaya hidup digital dan ancaman jerat utang
baca juga:dana paylater 2025: cara gunakan dan atur limit dengan bijak untuk keuangan lebih sehat
1. utang yang menggunung
banyak pengguna tergoda untuk membeli barang secara impulsif tanpa mempertimbangkan kemampuan membayar di kemudian hari.
ketika tagihan mulai datang, barulah mereka sadar bahwa total utang telah menumpuk. tanpa perencanaan, kondisi ini dapat berujung pada tekanan finansial jangka panjang.
2. bunga dan denda yang mencekik
meski menawarkan cicilan ringan atau 0% di awal, banyak layanan paylater membebankan bunga tinggi jika pembayaran terlambat.
bahkan, beberapa platform mengenakan denda yang melebihi pinjaman konvensional. akibatnya, nominal utang yang semula kecil bisa berlipat ganda dalam waktu singkat.
baca juga:diskon e-wallet dan paylater: imbalan menarik, data pribadi jadi taruhan
baca juga:jebakan dopamin paylater, cara algoritma kendalikan otak & trik mengatasinya
3. skor kredit terancam
keterlambatan pembayaran paylater akan tercatat di sistem layanan informasi keuangan (slik) ojk.
catatan buruk ini bisa berdampak pada masa depan finansial, terutama saat ingin mengajukan kredit rumah, kendaraan, atau pinjaman lain.
sayangnya, masih banyak anak muda yang belum memahami pentingnya menjaga skor kredit.
4. gaya hidup konsumtif
kemudahan bertransaksi tanpa mengeluarkan uang tunai membuat pengguna terlena. mereka merasa seolah “tidak mengeluarkan uang” saat berbelanja, padahal tagihan tetap menunggu di belakang.
akibatnya, perilaku konsumtif semakin meningkat, sering kali di luar kemampuan finansial yang sebenarnya.
baca juga:lawan algoritma candu paylater! begini cara ‘meretas’ jebakan psikologis agar dompet tak lagi bocor 
baca juga:jerat psikologis paylater, algoritma yang menggiring anda berutang, bahkan untuk hal sepele
mengapa anak muda mudah terjebak?
1. akses terlalu mudah
fitur paylater kini tersedia di hampir semua platform e-commerce dan dompet digital. hanya butuh beberapa klik, seseorang sudah bisa berutang tanpa jaminan.
proses yang instan ini sering kali membuat pengguna tidak berpikir panjang sebelum menggunakan layanan tersebut.
2. godaan promosi dan diskon
penawaran seperti cicilan 0% atau potongan harga eksklusif untuk pengguna baru menjadi strategi pemasaran yang sulit ditolak.
bagi anak muda yang masih belajar mengelola keuangan, promosi ini sering kali mengaburkan batas antara kebutuhan dan keinginan.
baca juga:paylater, kemudahan yang menipu? waspadai skimming data dan psikologi konsumtif di baliknya
baca juga:nama terlanjur masuk blacklist slik ojk gara-gara paylater? ini cara membersihkannya agar bisa ajukan pinjaman
3. minimnya edukasi finansial
kurangnya pengetahuan tentang literasi keuangan menjadi akar dari banyak kasus overlimit paylater.
banyak anak muda tidak memahami konsep bunga, jatuh tempo, dan risiko keterlambatan pembayaran, sehingga terjebak dalam siklus utang tanpa sadar.
antara solusi dan jerat baru
tidak bisa dipungkiri, paylater bisa menjadi solusi praktis jika digunakan secara bijak.
layanan ini dapat membantu dalam keadaan darurat atau untuk kebutuhan penting yang tidak bisa ditunda. namun, kunci utamanya adalah disiplin finansial dan kesadaran diri.
bagi anak muda bergaji umr, manajemen keuangan menjadi hal yang krusial. tanpa kontrol yang baik, paylater justru bisa menjadi awal dari permasalahan ekonomi pribadi.
baca juga:limit dana paylater tidak bisa digunakan? ini 5 penyebab umum dan cara cepat mengatasinya
baca juga:pinjaman online vs paylater: serupa tapi tak sama, ini bedanya!
oleh karena itu, edukasi finansial sejak dini perlu digencarkan agar generasi muda memahami bahwa kemudahan digital juga menuntut tanggung jawab finansial yang besar.
paylater bukanlah musuh, tetapi juga bukan penyelamat. ia hanyalah alat—dan seperti alat lainnya, hasil akhirnya bergantung pada bagaimana pengguna mengendalikannya.
bagi anak muda yang cerdas secara finansial, paylater bisa jadi solusi fleksibel. namun bagi yang abai terhadap pengelolaan uang, ia bisa berubah menjadi jerat yang sulit dilepaskan.