Sumatera Ekspres | Baca Koran Sumeks Online | Koran Sumeks Hari ini | SUMATERAEKSPRES.ID - SUMATERAEKSPRES.ID Koran Sumeks Hari ini - Berita Terhangat - Berita Terbaru - Berita Online - Koran Sumatera Ekspres

https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mitsubishi baru

Minus Dua

--

 

Muin TV

Kenapa Indonesia tak bisa menjadi negara maju? Ketika kita ditanya, kenapa Singapur lebih maju dari kita? Kita pun bisa menjawab, "Ah, Singapur kan negaranya keci. Penduduknya cuma sedikit." Kemudian, kita ditanya lagi, kenapa Malaysia bisa lebih maju dari kita? Kita pun akan menjawab dengan jawaban yang sama. Tapi, ketika kita disodori pertanyaan, kenapa Tiongkok bisa lebih maju dari kita? Lidah kita pun jadi kelu. Tak bisa menjawab lagi. Sebenarnya, kenapa mereka lebih maju dari kita, jawabnya mudah saja. Karena negara mereka hadir di tengah-tengah rakyatnya. Negara mengatur kehidupan rakyatnya. Sedangkan negara kita, tak pernah hadir di tengah-tengah rakyatnya. Coba perhatikan, kapan polisi bekerja? Ketika ada laporan warga yang kehilangan motor. Kapan BPOM bekerja? Ketika ada anak SD yang keracunan di sekolahnya. Kapan OJK bekerja? Ketika masyarakat sudah tertipu puluhan juta akibat investasi bodong. Begitulah cara kerja lembaga negara kita. Reaktif. Ada kejadian dulu, baru bekerja. Tidak pernah melindungi warganya. Di sebuah desa di Tegal, penghidupan warganya dari membuat "shutlecock" yang dipakai untuk bermain bulutangkis. Apakah negara hadir di sana? Tidak saudara-saudara. Mereka beli bahan sendiri, dibuat sendiri, kasih merek sendiri dan dijual sendiri. Kalau laku, dapat duit. Kalau tak laku, ya... manyun. Seharusnya, kalau negara hadir, maka negara akan memberikan pembinaan bagaimnan membuat "shutlecock" yang baik, dibantu peasarannya.

 

Lagarenze 1301

Nyamuk pers. Saya sering mendengar atau membaca wartawan disebut sebagai nyamuk. Hingga ada istilah "nyamuk pers". Mengapa analoginya nyamuk? Kalau sebutannya kuli tinta, menurut saya, tidaklah terlalu merendahkan. Dulu kehidupan sebagian wartawan seperti kuli dan mereka bekerja di koran cetak yang satu di antara bahan bakunya adalah tinta. Sedangkan sebutan nyamuk menimbulkan pertanyaan: apakah karena wartawan mengesalkan, mengganggu, menggigit, bahkan membawa penyakit? Yang gemar memakai istilah nyamuk biasanya oknum pengusaha,  pejabat sipil, maupun oknum dari kalangan TNI-Polri, yang bermasalah dan korup. Tapi, 'kan ada juga oknum wartawan yang kerap memeras? Oh, itu bukan wartawan sebenarnya, itu nyamuk betulan. Nyamuk Aedes aegypti.

 

Juve Zhang

APEC kali ini di SanFransisco Amerika. Rabu kemaren ada makan malam bersama Om Jin Ping. Dan anda mau makan se meja sama Om Jin Ping bisa saja tapi siapkan dompet anda isi yg tebal. Bos Aplle Tim cook pasti mau aatu meja berapa pun tarifnya. Gak mahal kalau bagi Apple raksasa HP dumia Tim Cook bayar 40 ribu dolar atau Rp. 600 juta untuk sekali makan malam plus dia bisa bawa 7 orang dari Apple buat duduk di meja lain nya .lumayan "murah" pasti ikan Wang Bu Liau ada dalam sajian itu. Qkqkkwwk.uang masuk kantong panitia bukan ke Om Jin Ping. Panitia jelas sangat pintar menarik duit. Yg satu meja sama Om Jin Ping pasti gak banyak hanya orang Top saja yg mau makan malam 600 juta .wkwkwkwk

 

Dwi Marfuji

"Jangankan korban begitu besar, satu orang yogyakarta meninggal pun sudah terlalu banyak". Kalimat Sultan itu seperti mantra. Diingat terus oleh Yayasan Tahija. Bagi kami warga Jogja, kalimat Sultan serupa jaminan keamanan. Semoga sehat selalu. #jogjasalaman

 

DeniK

Anti Kebanyakan Agamawan dalam khotbahnya menjurus ke doktrin anti kaya. Seolah kalau kaya gampang masuk neraka. Ini bukti nyata orang kaya berkarya untuk kemaslahatan orang banyak. Jadilah orang kaya . Yang bermanfaat tentunya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan