Palembang – Pengusaha batu bata di kawasan Kelurahan Sukajadi Pangkalan Benteng berbatasan dengan Talang Betutu Kota Palembang lesu darah. Produksi batu bata saat ini menurun akibat rendahnya konsumen yang memesan batu bata. Akibatnya, para pengusha harus mengurangi produksi batu batanya. Ini juga berimbas pada pemasukan mereka termasuk upah karyawannya. Padahal mereka hidup hanya bergantung dari pembuatan batu bata.
Antoni Aji, salah satu pengusaha batu bata asal Kota Palembang mengatakan, rendahnya produksi akibat permintaan atau demand menurun. Pencetusnya adalah banyak keperluan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan serta memenuhi kebutuhan hidup lainnya. “Saat ini banyak anak-anak dari kepala keluarga yang akan masuk sekolah, kuliah hingga ada yang ke pesantren. Sehingga minat mereka untuk merenovasi rumah atau membuat bangunan baru menjadi berkurang,” kata dia.Hal lain yang menyebabkan rendahnya produksi batu bata adalah curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini. “Jadi saat ini kita produksi sesuai dengan permintaan saja. Kalau dulu kita produksi terus, karena memang batu bata banyak dibeli oleh masyarakat,” jelasnya. Tahun ini harga batu bata tidak mengalami kenaikan. Untuk batu bata ukuran kecil dipatok dengan harga Rp450. Sedangkan untuk batu bata ukuran jumbo dipatok dengan harga Rp1.800.
Masih kata Anton, untuk membantu penjualan pihaknya juga kerap melakukan penawaran secara door to door. “Kalau dulu kita tidak perlu ke rumah-rumah warga. Tetapi, warga yang mencari. Itu pun kadang kita tidak bisa memenuhi keinginan warga,” ujarnya. Namun demikian, dirinya optimis ada saja rezeki yang diberikan Yang Maha Kuasa. “Maklum saja, anak buah saya ada 6 orang. Mereka perlu makan semua dan menafkahi anak istri. Meskipun saat ini sepi, tetapi ada saja pembeli yang datang atau menelpon,” ungkapnya.Sementara itu, dalam kondisi hujan yang tak menentu akhir-akhir ini membuat pembakaran batu bata agak terkendala. Dimana pembuatan batu bata sendiri memerlukan cahaya matahari. “Jadi wajib dikeringkan menggunakan cahaya matahari. Sehingga dalam pembakarannya nanti, batu bata tidak retak. Selain itu, juga tidak lama pembakarannya,” jelas Anton. Dia sendiri saat ini memiliki sebanyak tiga bedengan. Anton mulai menggeluti bedengan batu bata ini sejak tahun 1998 silam.
Bersamaan reformasi, kini usahanya sudah berkembang. Yang tadinya hanya memiliki satu bedengan. Saat ini sudah memiiliki sebanyak tiga bedengan. “Hasilnya lumayan. Bisa menyokong anak sekolah dan menafkahi keluarga,” jelasnya. Menurut Anton, penjualan batu bata lumayan mudah. “Untuk saat ini batu bata belum dicetak saja, sudah banyak orang yang datang untuk membeli. Jadi mereka kasih uang panjar terlebih dahulu,” jelasnya.Untuk diketahui, bedengan batu bata di daerah Sukajadi Pangkalan Benteng, jumlahnya mencapai ratusan unit. Sementara itu, batu bata buatan desa Sukajadi Pangkalan Benteng ini sendiri memasok ke beberapa daerah dalam wilayah Sumsel. Bahkan batu bata ini tak jarang juga memasok ke kabupaten dan kota tetangga. “Banyuasin, Muba, Ogan Ilir, Prabumulih serta Muara Enim sering mengambil batu bata buatan Sukajadi Pangkalan Benteng. Untuk penjualan tidak terkendala pak. Yang menjadi persoalan saat ini kita tidak dapat menjemur batu bata yang sudah dicetak,” jelas Anton singkat. (iol/lia/)
Kategori :