SUMATERAEKSPRES.ID – Dalam dunia digital yang serba instan, layanan PayLater hadir bak penyelamat bagi masyarakat yang ingin membeli barang meski belum memiliki dana.
Dengan slogan “Beli Sekarang, Bayar Nanti”, skema ini menggoda banyak pengguna karena kemudahannya.
Namun, di balik semua itu, tersembunyi jebakan finansial dan ancaman keamanan digital yang mengintai.
Fenomena PayLater: Solusi atau Ilusi?
PayLater kini marak ditawarkan oleh berbagai platform e-commerce dan layanan keuangan digital seperti Shopee (SPayLater), Gojek (GoPayLater), Tokopedia (OVO PayLater), hingga Traveloka.
Layanan ini memungkinkan pengguna membeli barang sekarang dan membayarnya belakangan—baik sekaligus maupun dengan sistem cicilan.
BACA JUGA: Demi Keselamatan, Polsek Merapi Tindak Tegas Angkutan Umum yang Angkut Penumpang di Atas Kendaraan
BACA JUGA:Huawei Mate Xs, Terobosan Futuristik di Dunia Ponsel Lipat
Proses pendaftaran yang cepat dan minim dokumen membuat PayLater menjadi primadona, terutama bagi mereka yang membutuhkan dana instan tanpa perlu repot.
Dalam banyak kasus, pengguna bahkan diberikan opsi cicilan tanpa bunga, yang tentunya terdengar sangat menggiurkan.
Ditambah lagi dengan tawaran cashback, voucher diskon, hingga bebas ongkir—faktor-faktor yang kian memperkuat daya tariknya.
Di Balik Kemudahan, Ada Ancaman Tersembunyi
Namun, kemudahan ini bukan tanpa risiko. PayLater sejatinya adalah bentuk kredit berbasis digital yang, jika tak dikelola dengan bijak, bisa menyeret pengguna ke jurang utang konsumtif.
Lebih dari itu, ancaman nyata juga datang dari aspek keamanan data.
BACA JUGA:Harapan Baru: Warga Miskin di Muba Terima Kunci Rumah Layak Huni dari Pemkab
BACA JUGA:Cuaca Sumsel Selasa 5 Agustus 2025: Waspadai Hujan Petir di Sejumlah Wilayah
Saat pengguna mendaftar, mereka diminta menyerahkan berbagai data pribadi seperti nama lengkap, nomor telepon, alamat, hingga informasi keuangan.