Cadangan minyak bumi Indonesia semakin menipis, sementara konsumsi energi terus meningkat.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi minyak nasional mengalami penurunan setiap tahunnya, sehingga ketergantungan pada impor semakin besar.
Kondisi ini membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi harga minyak dunia yang berimbas pada perekonomian nasional.
Selain itu, transisi ke EBT sangat penting untuk mengurangi emisi karbon. Indonesia telah berkomitmen dalam Paris Agreement untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030.
Ketergantungan pada BBM fosil hanya akan memperparah pencemaran udara dan mempercepat perubahan iklim yang berdampak luas terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Diversifikasi sumber energi melalui pengembangan bioetanol, biodiesel, tenaga surya, tenaga angin, dan sumber energi hijau lainnya dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Selain lebih ramah lingkungan, energi terbarukan juga menawarkan efisiensi ekonomi dalam jangka panjang karena tidak bergantung pada fluktuasi harga minyak global.
Dugaan permasalahan Pertalite dan Pertamax mencerminkan masih adanya celah dalam pengawasan distribusi BBM di Indonesia dan menunjukkan urgensi untuk segera beralih ke energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
BACA JUGA:Jamin Kualitas Pertamax Sesuai Standar
BACA JUGA:Diskon Spesial BBM Pertamax Setiap Senin dan Jumat: Hemat Rp300 per Liter!
Solusi jangka pendek adalah memperketat regulasi dan meningkatkan pengawasan terhadap praktik ilegal ini. Namun, solusi jangka panjang yang lebih efektif adalah mempercepat transisi ke energi baru terbarukan agar Indonesia tidak lagi bergantung pada BBM berbasis fosil.
Dengan adanya kebijakan yang tepat dan inovasi dalam sektor energi, Indonesia dapat mengurangi dampak buruk dari praktik ilegal seperti pengoplosan BBM serta mencapai ketahanan energi yang lebih baik di masa depan.(*)