Bisnis Karet Terpuruk, Petani Malas Sadap

Rabu 11 Jan 2023 - 08:30 WIB
Reporter : Alf Sumeks
Editor : Alf Sumeks

PALEMBANG - Bila harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, trendnya naik. Sebaliknya harga karet kian terpuruk hanya Rp 7 ribu/kg sekarang ini.

Harga itu, tak sebanding harga beras yang mencapai Rp 12 ribu/kg. Kondisi itu, mengakibatkan petani emosi dan berahlih tanam kelapa sawit.

Seharusnya petani jangan, langsung menebang dan merobohkan pohon karet yang ada.

" Kalau pun beralih, dilakukan secara bertahap," kata H Rudi Arpian SP MSi, Analis PSP Madya Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Baca Juga : Program B35 Katrol Harga TBS Dengan cara, menebang satu jalur karet. Baru ditanam bibit kelapa sawit atau sayuran. Ini dilakukan secara bertahap, agar petani masih ada penghasilan.

Tanaman kelapa sawit berbuah dan bisa dijual minimal tiga tahun lamanya. Kalau petani langsung serentak mengubah tanaman karet, banyak ruginya.

" Ini sama saja, lepas mulut buaya masuk mulut harimau," tegasnya. Nilai ekonomi bisnis karet, tak berimbang lagi sekarang ini.

Terlebih harga sembako dan kebutuhan hidup sangat mahal.

" Banyak petani tidak sadap dan tanaman karet hanya dibiarkan saja," jelasnya. Apalagi harga pupuk mahal di pasaran.

Baca Juga : Hijaukan Median Jalan, Lestarikan Lingkungan Meskipun perhatian pemerintah ada dan sebatas petani yang tergabung dalam unit pengolahan dan pemasaran bokar (UPPB). Sementara tak seluruh petani masuk dalam kelompok ini.

" Jumlah UPPB hanya 420 unit di Provinsi Sumsel," diakuinya. Jumlah ini, hanya sekitar 30 persen dari jumlah petani.

Jumlah petani karet mencapai 588.586 KK tahun 2020, lantaran bisnis karet tak menjanjikan. Banyak petani karet berahlih sawit, kini jumlah hanya 578.153 KK tahun 2021.

Dengan luar lahan karet 1.311.727 hektar tahun 2020, kini hanya 1.284.558 hektar.

Baca Juga : Jadikan Literasi Sebagai Life Style " Harusnya Pemerintah Pusat, mengambil kebijakan yang mampu menaikkan harga karet," harapnya. Petani karet itu, mencapai 95 % di Provinsi Sumsel.

Pasalnya turunnya harga karet, berdampak multi player. Yakni turunnya perekonomian dan memicu meningkatnya kriminalitas. (Yud)

Tags :
Kategori :

Terkait