EBT Kurangi Dampak Pencemaran Lingkungan

Rabu 11 Dec 2024 - 21:59 WIB
Reporter : Nanda
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID  - PT PLN mendukung penuh upaya pemerintah mengurangi ketergantungan energi yang dihasilkan dari bahan fosil. Bersama PT Sumsel Energi Gemilang (SEG), PT PLN berupaya memenuhi target bauran energi untuk mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari pembangkit berbahan fosil.

Manajer Komunikasi & TJSL PLN Unit Induk Distribusi Sumatera Selatan Jambi dan Bengkulu (UID S2JB), Iwan Arissetyadhi  mengatakan, Sumsel memiliki  PLTS yang menghasilkan sumber energi listrik dari matahari sebesar 2 MegaWatt (MW) per tahun. "Ini salah satu energi bersih tanpa limbah, yang dihasilkan dari panas matahari," ujarnya saat kunjungan Peserta Media Enegi ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 2 MW, di Jakabaring, kemarin.

Lanjutnya, semua sepakat jika energi bersih diperlukan, dan berharap kedepan energi bersih bisa terus meningkat. "Pemerintah memberikan target 30 persen untuk bauran energi, dan untuk Sumsel bauran energi sudah diatas 30 persen," jelasnya.

Saat ini PLN diminta pemerintah menurunkan pembangkit berbahan fosil. "Ini dilakukan bertahap sebab tak bisa sepenuhnya mengandalkan EBT (energy baru terbarukan) karena berbagai kendala dan keterbatasan, sebab itu kita lakukan pembauran," jelasnya.

BACA JUGA:Sungai Aur Merupakan Warisan Alam dan Sejarah yang Terkubur di Tengah Pencemaran

BACA JUGA:DLH Banyuasin Tindaklanjuti Dugaan Pencemaran Limbah PT CLL, Hasilnya Negatif

Ali Kartili, manager Operasi PT SEG menjelaskan instalasi panel PLTS 2MV Jakabaring ini dibangun diatas lahan seluas 2,5 Hektar. "PLTS dibangun dengan konsep green energi, bekerjasama dengan Sharp untuk mendukung Asian Game 2012 lalu," katanya.

PLTS ini maksimal bisa menghasilkan listrik sebanyak 2MW atau 2 ribu KWh pertahunnya. "Produksi Tertinggi yang dihasilkan pernah 180 KWh dan terendah 100KWh perbulan, penurunan produksi biasanya terjadi di bulan februari, karena faktor cuaca yakni puncak musim penghujan," jelasnya.

Listrik yang dihasilkan, lanjutnya, akan di jual ke PLN dan didistribusikan ke rumah rumah.  "Listrik yang dihasilkan dijual ke PLN Rp889 per KWh, dan SEG bisa mendapatkan Rp 120-130 juta perbulan yang akan dibagikan devidennya ke Pemprov Sumsel," jelasnya.

Keunggulan PLTS ini tak memerlukan banyak biaya untuk perawatannya, "Perawatannya ringan meliputi pembersihan panel, serta penebasan rumput disekitar panel saja,"ujarnya

BACA JUGA:DPC PKB OKU Timur Laporkan Mantan Sekjen DPP PKB ke Polisi: Dugaan Pencemaran Nama Baik Ketum Cak Imin

BACA JUGA:Kendalikan Hawar Daun, Gunakan Bio Fungisida, Tak Timbulkan Pencemaran Lingkungan

Kekurangannya yakni, nilai investasi yang tinggi dan nilai ekonomi yang kecil. "Modal pembangunan untuk EBT per Mega Watt bisa sampai 1 juta USD. Nah untuk PLTS ini modalnya Rp 28 Miliar. Secara ekonomis butuh waktu 17 tahun untuk mengembalikan modalnya, tapi secara ekologis perlu untuk menuju energi bersih," pungkasnya. 

Selain itu, adanya penurunan hasil produksi pertahun. "Panel surya ini ada batasannya penggunaannya, per tahun bisa mengalami penurunan produksi listrik 0,1-1 persen, dan harus diganti setiap 25 tahun sekali," pungkasnya. 

 

Kategori :