Umat Hindu menjalankan nyepi. Tak melakukan aktivitas apapun. Sebab, ada empat larangan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dalam Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelanguan.
Suasana lengang kemarin (22/3) tampak di Pura Agung Sriwijaya, Jl Seduduk Putih, Palembang. Semua umat Hindu sedang merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945. Pelaksanaan nyepi bertempat di pura maupun kediaman masing-masing.
Tidak hanya sunyi, gerbang Pura Agung Sriwijaya juga terlihat digembok. Menandakan tidak ada kegiatan ataupun aktivitas di dalamnya. Beruntung bisa bertemu seorang pemuda yang tengah khusyuk membaca buku di sana.
Dia, Putu Sejadi. Tak banyak dia bicara karena memang dalam nyepi tidak boleh ada aktivitas. “Iya, kami sedang nyepi. Saya menuruti kata hati, ingin berada di sini (Pura Agung Sriwijaya) hingga matahari terbenam,” katanya dengan nada suara pelan.
Menurutnya, dalam nyepi, umat Hindu banyak melewatinya dengan semedi. Mereka tiak boleh melakukan amati geni, amati karya, amati lelungan, dan amati lelanguan. Dijelaskannya, amati Geni adalah berpantang menyalakan api, lampu, dan benda elektronik lainnya.
“Selama 24 jam, tidak ada aktivitas yang berkaitan dengan listrik atau api, termasuk internet. Hal ini dilakukan sebagai bentuk simbolis melawan hawa nafsu duniawi,” ujar dia. Selanjutnya, amati karya, pantang melakukan aktivitas kegiatan atau bekerja dalam bentuk apa pun.
BACA JUGA : 13 Napi Dapat Remisi KhususDalam hening, umat Hindu diajak untuk merenung dan introspeksi diri atas segala tindakan kurang baik yang pernah dilakukan. Lalu, amati lelungan, berpantang untuk bepergian. Hal ini bertujuan agar umat Hindu khusuk beribadah selama satu hari penuh. “Kami umat Hindu akan berdiam diri di rumah dengan bermeditasi bersama keluarga sekaligus evaluasi hubungan dengan Tuhan,” bebernya.
Yang terakhir, amati lelanguan, berpantang untuk bersenang-senang saat Nyepi. Umat diajak untuk menghentikan sejenak segala bentuk kesenangan duniawi agar fokus sembahyang. Tidak ada toko, warung, mal, dan tempat hiburan lainnya yang buka selama Nyepi. Bahkan umat Hindu juga berpuasa, tidak makan dan minum selama 24 jam penuh.
“Mestinya juga tidak boleh bicara. Tapi saya maklum untuk wawancara ini,” imbuhnya lirih. Masyarakat umum maupun wisatawan masih dapat beraktivitas seperti biasa. Namun diharapkan tidak mengganggu kekhusyukan ibadah umat Hindu selama Nyepi.
Sebelumnya, Selasa (21/3) lalu, ada banyak kegiatan keagamaan berlangsung di Pura Agung Sriwijaya. Tema nyepi tahun ini “Melalui Dharma Agama Dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia". “Kita menghormati umat Hindu. Jangan sampai ada bunyi-bunyian yang mengganggu kekhusukan ibadah mereka,” kata Haidir, warga setempat. (*)
Pada tahun ini, perayaan Hari Suci Nyepi mengusung tema "Melalui Dharma Agama Dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia". Di kota Palembang, umat Hindu, juga melaksanakan perayaan Nyepi, baik dipure, kuil maupun kediaman mereka.
Pagi jelang siang, koran ini mengunjungi salah satu pure terkenal milik masyarakat hindu dharma dijalan Seduduk Putih kota Palembang. Pure Agung Sriwijaya, yang terdapat dikelurahan 8 Ilir kecamatan Ilir Timur III kota Palembang, ini sendiri terlihat lain dari biasanya. Dihari-hari perayaan agama hindu lainnya, pure akan terlihat ramai. Namun pada perayaan Nyepi ditahun baru Saka 1945, pure juga terlihat sepi.
Sementara itu, Pure Agung Sriwijaya kemarin terlihat lengang. Masyarakat yang ada disekitar lokasi Pure pun juga terlihat mengurangi aktivitas. “Memang ditempat ini sehari-harinya agak sepi. Tetapi, dengan adanya perayaan Nyepi, kita juga menghormati mereka. Jangan sampai ada bunyi-bunyian yang mengganggu kekhusukan ibadah mereka,” kata Haidir, dalam satu warga setempat. (*)