Salah satu kawasan yang terkenal dengan jajanan kulinernya adalah Pasar Kuto, yang tidak hanya menjual makanan tetapi juga berbagai produk lokal seperti kerajinan tangan dan rempah-rempah.
Kecamatan Ilir Barat II juga memiliki potensi ekonomi yang berkembang pesat. Di sini terdapat banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang kuliner, kerajinan, dan jasa.
Pemerintah setempat aktif memberikan pelatihan kepada para pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas produk mereka agar dapat bersaing di pasar yang lebih luas.
Yang membuat Ilir Barat II menonjol adalah keberagaman etnis yang hidup harmonis, dengan suku Melayu, Jawa, Tionghoa, dan lainnya yang tinggal berdampingan.
Hal ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari bahasa yang digunakan hingga makanan yang disajikan.
Selain itu, kecamatan ini memiliki banyak bangunan tua peninggalan masa kolonial Belanda yang kini berfungsi sebagai bangunan bersejarah.
BACA JUGA:Multitalenta, Kirana Dinobatkan Sebagai Puteri Anak Indonesia Budaya 2024. Begini Sosoknya
BACA JUGA:‘Sang Purba’ Lestarikan Budaya Banyuasin
Di kecamatan Ilir Barat II Palembang terdapat Rumah Bari, salah satu ikon budaya yang melestarikan arsitektur tradisional khas Palembang.
Rumah Bari adalah rumah tradisional Palembang berbentuk rumah panggung yang biasanya terbuat dari kayu ulin atau kayu tembesu.
Ciri khasnya terletak pada atap yang berbentuk limas atau dikenal sebagai Rumah Limas, serta ukiran yang rumit pada dinding, pintu, dan tiang-tiangnya.
Beberapa kawasan di Ilir Barat II masih memiliki Rumah Bari yang terawat, meskipun jumlahnya semakin berkurang karena perkembangan kota.
Rumah-rumah ini biasanya ditemukan di lingkungan yang lebih tua, dekat dengan tepian Sungai Musi.
Beberapa rumah telah dialihfungsikan menjadi warisan budaya atau tempat wisata, sedangkan yang lain tetap digunakan sebagai tempat tinggal oleh pemiliknya.
Rumah Bari tidak hanya mencerminkan seni dan budaya Palembang, tetapi juga memiliki nilai filosofi yang mendalam.
Rumah ini dirancang untuk mencerminkan status sosial pemiliknya, di mana pembagian ruang dalam rumah mengikuti hierarki adat.