Perusahaan juga mengedepankan pengendalian biaya yang sistematis di seluruh area bisnisnya.
Tujuannya untuk memungkinkan kinerja berkelanjutan yang optimal.
Hal ini tercermin dari penurunan biaya tunai per ton setiap tahunnya dari Rp 853.000 menjadi Rp 835.000 .
Selain itu, pembentukan Kemitraan Manajemen (MIP) dapat segera dilaksanakan dan memberikan dampak positif bagi kegiatan PTBA dalam efisiensi keuangan.
Mesikipun merupakan perusahaan pertambangan batubara, PTBA juga terus mengembangkan hilirisasi batubara.
Salah satunya dengan pilot project konversi batu bara menjadi grafit buatan dan pelat anoda sebagai bahan baku litium-ion (Li-ion).
Ini merupakan kolaborasi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Proyek percontohan konversi batubara menjadi pelat grafit dan anoda buatan ini dapat menjadi langkah terobosan signifikan dalam hilirisasi batubara.
Hilirisasi ini perlu dilakukan sebagai bentuk dukungan ketahanan energi nasional, dan mendukung mendukung pengembangan industri kendaraan listrik nasional.
BACA JUGA:Rem Blong, Dump Truck Batu Bara Timpa Rumah Warga, Kejadian di Jalan Lintas Muara Enim
Perusahaan tambang inu juga telah melakukan upaya mendukung dekarbonisasi.
Beberapa yang sudah dilakukan adalah penggantian peralatan penambangan bahan bakar fosil dengan listrik.
Beberapa alat listrik yang digunakan PTBA yaitu electric shovel loader PC-3000, hybrid dump truck 100 ton (diesel dan listrik) dan pompa pertambangan listrik.
Dalam operasionalnya juga, PTBA juga sudah mengoperasikan bus listrik di Pelabuhan Tarahan dan Unit Operasional Tanjung Enim.