Legalisasi Hingga Biayai UMKM

Jumat 17 Mar 2023 - 23:36 WIB
Reporter : Edi Purnomo
Editor : Edi Purnomo

*Memacu UMKM Naik Kelas

PALEMBANG – Tantangan perekonomian saat ini, bagaimana Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bisa naik kelas. Karena tak bisa dipungkiri, UMKM sangat besar perannya bagi perekonomian. Jika UMKM maju, mereka perekonomian pun cepat melesat, sehingga butuh peran semua stakeholder untuk meningkatkan kapasitas UMKM Tanah Air.

Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumsel, Dinni Yuliandhani menjelaskan BI turut berperan dalam stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. “Jadi, ketika berbicara mengenai UMKM, maka pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan melalui UMKM," ujarnya dalam talkshow "UMKM Naik Kelas” dalam rangkaian Event Sumeks Electric Motor Show 2023 di Atrium OPI Mall Jakabaring, kemarin (17/3).

Dikatakan, UMKM sangat besar kontribusinya bagi perekonomian, karena melibatkan tenaga kerja yang banyak, bisa dilakukan dari rumah dan oleh siapa saja. Saat krisis moneter tahun 1998, UMKM paling resilience. "Dalam pengembangan UMKM, BI mengusung  pilar penting pengembangan, yaitu korporatisasi, capacity building, dan pembiayaan," terangnya lagi.

BACA JUGA : Peluang, 7 Daerah Terima PPPK
Korporatisasi berkaitan dengan legalitas yang harus dimiliki UMKM dan ini penting dalam komponen itu sehingga UMKM dapat naik kelas. "Banyak UMKM dimulai dari rumah, itu tidak salah. Tapi ini harus ditingkatkan, sehingga perlu korporatisasi. Jangan bingung, pertama bergabunglah dengan Asosiasi," katanya. Nah, BI mendorong hal itu.

"Kami berusaha mengubah maindset UMKM yang bukan hanya jualan. Dengan korporatisasi bisa berkolaborasi dengan Pemda, dan lainnya,” cetusnya.

Pilar kedua capacity building, BI mendorong terjadinya peningkatan produksi, jumlah produk, kualitas, sehingga pasarnya pun meningkat. “Di sini BI memberikan bantuan teknis, penelitan kerjasama KPJU dengan akademisi (Unsri) melihat potensi UMKM Sumsel, dan pelatihan. Dari penelitian kita melihat potensi UMKM di 17 kabupaten/kota Sumsel yang beragam dan bisa dikembangkan," ujarnya. Selanjutnya pembiayaan dari BI bersifat bantuan alsintan (pupuk dan benih) dan edukasi perbankan.

Analis Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK KR 7 Sumbagsel, Wahyu Kresnanto menerangkan UMKM naik kelas adalah UMKM yang bisa merencanakan keuangan dengan baik."OJK punya program edukasi dengan sasaran ibu-ibu, sebab  perempuan lebih mampu mengatur ekonomi keluarga," sampainya.

Berdasarkan data, 27 persen perempuan sudah menikah memegang kendali keuangan keluarga, 50 persen wanita sudah menikah tidak yakin keputusan finansial yang diambil, dan 63 persen wanita yang sudah menikah masih bingung dengan rencana finansial. Lalu bagaimana merencanakan keuangan dengan baik? Kata Wahyu, pertama pahami keuangan keluarga, arus kas (deras atau  mampet), kendalikan pengeluaran tingkatkan pendapatan, bijak menabung dan berinvestasi, menghadapi resesi perlu cadangan dana darurat.

Pemimpin Bagian Kredit UMKM Divisi Bisnis Ritel, Konsumer, dan UMKM Bank Sumsel Babel, Ahmad Ardiansyah mengatakan BSB salah satu bank yang dipercaya Pemerintah menyalurkan KUR. "Masalah UMKM ini di pembiayaan, pendampingan, dan pemasaran. BSB hadir menyalurkan KUR yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM," sebutnya. Apalagi bunga KUR sangat murah se-Indonesia, ada yang 3 persen dan 6 persen. "Misal pinjaman Super Mikro Rp10 juta, bunganya per bulan hanya Rp27 ribu," tuturnya.

Dalam penyaluran KUR, tahun lalu BSB merealisasikan Rp1,88 triliun, tahun ini targetnya Rp2,4 triliun. "Syarat utama mendapatkan KUR harus ada usaha, bawa KTP suami istri, buat permohonan, nanti tim kita survey ke tempat usaha," jelasnya. KUR ada yang Super Mikro Rp10 juta, Mikro Rp10-100 juta, kecil Rp100-500 juta. BSB juga memberi keringanan dengan biaya probis administrasi dan biaya asuransi free.

Renohati, Pengrajin Anyaman Purun binaan PLN menyampaikan sebagian besar mata pencarian warganya di lingkungan rumahnya menganyam tikar. "Kami buat kelompok, 10 orang per kelompok. Kami ajukan bantuan ke PLN, alhamdulilah dapat pada Juli 2021," sebutnya. Bantuannya senilai Rp140 juta, berupa alat produksi yaitu mesin jahit. "Dengan bantuan ini, kami tak hanya menganyam tikar saja, juga bisa produksi produk lain, bisa batik atau kain jumputan. Hasil produk anyaman bahkan kami jual sampai ke Batam dan Singapura," pungkasnya. (tin/fad)

Tags :
Kategori :

Terkait