Kampanye dalam Pilkada

Minggu 20 Oct 2024 - 22:06 WIB
Oleh: Adv

Golongan ini umumnya tidak mudah terpancing dengan debat seperti itu. Mereka akan tetap selektif dan memilih dengan kriteria mereka sendiri.

Bila debat politik ditujukan untuk menengah ke bawah, yang kualifikasi intelektualnya sederhana, barangkali juga kurang efektif, bahkan tidak efektif karena kurang mampu mencerna materi yang diperdebatkan.

Mereka umumnya boleh dikatakan awam masalah politik, bahkan untuk berbicara tentang politik saja mereka sering alergi.

Penutup

Itulah sedikit ganbaran mengenai kelebihan dan kelemahan masing-masing model kampanye.Kalau diamati, baik kampanye massal maupun kampanye dialogis sama-sama baik.

Kampanye massal secara tidak langsung dapat meningkatkan pendidikan politik masyarakat dan sekaligus meningkatkan pula partisipasi politiknya.

Namun harus disadari, kampanye massal memang relatif besar dana yang harus disiapkan oleh masing-masing calon. Massa yang berkumpul tersebut bukan jaminan  akan memilih mereka.

Mereka akan terus hadir siapapun yang berkampanye. Ibarat kata orang, yang penting dapat duit transport dan nasi bungkus.

Sedangkan model kampenye dialogis terlebih melalui media cetak ataupun media online dana yang dikeluarkan relatif kecil.

BACA JUGA:Kemenkominfo Galakkan Kampanye Anti Judi Online Melalui Car Free Day

BACA JUGA:Pengamat Politik LKPI Sebut Kampanye Hitam Bisa jadi Senjata Makan Tuan di Pilkada Palembang

Oleh karena itu, sebuah kampanye yang baik adalah dengan menggunakan dua model kampanye sekaligus, tetapi memperbaiki segala kelemahan yang ada pada masing-masing model kampanye.

Dan yang perlu diingat bahwa kampanye hanyalah salah satu komponen dari pesta demokrasi yang bernama Pilkada. Jadi jangan sampai kampanye merusak citra Pilkada secara keseluruhan.***

 

Kategori :