SUMATERAEKSPRES.ID - Situasi konflik antara tentara Israel dan pasukan Hizbullah semakin memanas sejak awal Oktober 2024.
Serangan roket yang diluncurkan Hizbullah ke wilayah utara Israel, termasuk kota Haifa dan Galilea, merupakan respons terhadap serangan udara Israel ke pangkalan-pangkalan militer dan pusat komando Hizbullah di selatan Lebanon dan Lembah Bekaa.
Israel menuduh Hizbullah menyimpan persenjataan di bawah bangunan tempat tinggal di Beirut, tetapi klaim ini dibantah oleh pihak Hizbullah.
BACA JUGA:Kebakaran Rumah Rukmini Saat Hujan Deras, Diduga Akibat Konsleting Listrik
BACA JUGA:Mantan Suami Ditangkap, Polisi Terus Cari Pelaku Penyiraman Air Keras
Ketegangan ini semakin rumit dengan keterlibatan aktor eksternal, seperti Iran yang mendukung Hizbullah, dan Amerika Serikat yang mendukung Israel.
Ada kekhawatiran bahwa konflik ini dapat meluas menjadi perang regional, terutama setelah ketegangan yang menyebar ke negara-negara lain di Timur Tengah pasca-operasi militer Israel di Gaza setahun yang lalu.
Dampak konflik ini sudah terasa, dengan kerusakan infrastruktur di Lebanon dan Israel, serta banyaknya korban sipil di kedua belah pihak.
BACA JUGA: Dapunta Hyang Sri Jayanasa Jejak Sang Pendiri dan Warisan Agung Kerajaan Sriwijaya
BACA JUGA:Survei Cyrus Network, Dominasi Herman Deru-Cik Ujang di Puncak Elektabilitas
Serangan roket Hizbullah telah melukai puluhan warga Israel, sementara serangan udara Israel mengakibatkan kematian banyak warga sipil di Lebanon.
Situasi di perbatasan Israel-Lebanon semakin tidak stabil, dengan baku tembak yang hampir terjadi setiap hari.
Sejarah Konflik
Konflik antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung sejak dekade 1980-an, bermula dari invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982.
Sejak saat itu, kedua belah pihak terlibat dalam beberapa peperangan, dengan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2006.
Perkembangan Terkini
Perang terbaru dimulai pada tahun 2023, didorong oleh ketegangan yang meningkat di perbatasan dan serangan sporadis.