SUMATERAEKSPRES.ID - Konflik antara Israel dan Lebanon telah berlangsung selama beberapa dekade, melibatkan berbagai bentrokan militer dan ketegangan politik yang kompleks.
Berawal dari bentrokan di Lebanon Selatan, konflik ini melibatkan Israel dan kelompok paramiliter yang beroperasi di wilayah tersebut, termasuk Hizbullah. Dalam beberapa kasus, Suriah juga ikut terlibat dalam ketegangan ini.
Konflik ini mulai mencuat pada tahun 1978 ketika Israel menginvasi Lebanon sebagai respons terhadap serangan Palestina yang dilancarkan dari negara tersebut.
BACA JUGA:Cara Melihat Formasi CPNS 2024, Hingga Pakai Harus Dipatuhi
BACA JUGA:Ditimbun di Zaman Belanda 1930-An, Sungai Kapuran Tinggal Kenangan, Diabadikan jadi Nama Lorong
Invasi ini diulang pada tahun 1982, yang berujung pada pendudukan Israel atas Lebanon selatan hingga tahun 2000. Selama periode ini, Israel terlibat dalam konflik gerilya melawan kelompok-kelompok bersenjata Syiah.
Setelah Israel menarik diri dari Lebanon pada tahun 2000, Hizbullah terus melakukan serangan lintas perbatasan, berusaha membebaskan warga Lebanon yang ditahan di penjara Israel.
BACA JUGA:Penyidik Kejati Sumsel Mendalami Kasus Korupsi Pembangunan LRT
BACA JUGA:Pengusaha Pempek Nunggak Kredit Fortuner, PT. CSUL Finance Tempuh Jalur Hukum
Taktik ini termasuk menangkap tentara Israel untuk pertukaran tahanan, yang pada akhirnya memicu Perang Lebanon 2006.
Gencatan senjata yang dihasilkan dari perang ini mengharuskan pelucutan senjata Hizbullah dan menghormati kedaulatan Lebanon oleh Israel.
Meskipun situasi relatif tenang setelah Perang Lebanon 2006, pelanggaran gencatan senjata tetap terjadi. Israel melakukan penerbangan rutin di atas Lebanon, sementara Hizbullah tidak melucuti senjatanya.
BACA JUGA:Antar Pacar Pulang, Angga Disiram Air Keras oleh OTK, Ibu Lapor ke Polrestabes Palembang
BACA JUGA:Puan Maharani Dilantik sebagai Ketua DPR RI, Didampingi Empat Wakil dari Partai Terbesar
Ketegangan kembali meningkat pada April 2023, di mana terjadi penembakan antara kedua belah pihak.