PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Potensi ekonomi peternakan ayam petelur di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) khususnya di Air Batu, Kabupaten Banyuasin ternyata sangat tinggi. Saat ini populasi ayam petelur di kawasan tersebut mencapai 7 juta ekor dengan produksi telur mencapai hingga 300 ton perhari.
“Air Batu dikenal sebagai sentra peternakan ayam petelur di Sumsel. Ada sekitar 200 peternak di sana. Distribusi telur dari wilayah ini tak hanya memenuhi kebutuhan Sumsel, juga Pulau Jawa serta Bangka Belitung,” ungkap Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, Dr drh Jafrizal MM, saat menyambangi Kantor Harian Pagi Sumatera Ekspres, Selasa (1/10).
Dikatakan, terbentuknya Air Batu sebagai sentra peternakan ayam petelur, lanjut Jafrizal, berlangsung sejak 1990-an sebagai hasil relokasi dari Palembang karena perkembangan kawasan pemukiman di Palembang yang tak mendukung lagi keberlanjutan peternakan. “Besarnya produksi telur di kawasan tersebut membuka peluang besar memenuhi standar ekspor, terutama ke negara-negara seperti Singapura,” terang pria yang juga Auditor Nomor Kontrol Veteriner (NKV) Sumsel.
Hanya saja, Jafrizal mengungkapkan salah satu tantangan utama yang dihadapi para peternak terkait sertifikasi NKV yang menjadi syarat penting distribusi antar provinsi, sesuai Permentan Nomor 17 Tahun 2024. NKV adalah sertifikat yang menjamin penerapan standar higienitas dan sanitasi pada usaha budidaya ayam petelur.
BACA JUGA:HDCU Dapat Dukungan Petani-Peternak Milenial, Deru Janji Bangun Jalan di Air Batu
BACA JUGA:Ini Dia 5 Jenis Rumput yang Bisa Dijadikan Pakan Ternak, Peternak Wajib Tahu ya
Sebagian besar peternak di Air Batu belum memiliki sertifikasi NKV karena berbagai kendala, terutama dalam penerapan tiga zona biosekuriti yang menjadi syarat utama. Kesulitan dalam membagi zona merah di area kandang menjadi salah satu hambatan besar. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah sertifikasi NKV berbasis kawasan, di mana biosekuriti terpadu akan diterapkan mulai dari pintu gerbang masuk hingga ke dalam area kandang peternak.
Dengan penerapan sertifikasi NKV berbasis kawasan, produk telur asal Banyuasin diharapkan dapat meningkatkan daya saing di pasar nasional maupun internasional. Selain itu, kawasan ini juga harus bebas dari penyakit seperti Avian Influenza (HPAI) dan salmonelosis agar memenuhi standar kesehatan hewan yang ditetapkan oleh pemerintah. “Jika semua persyaratan terpenuhi, potensi besar untuk mengekspor telur dari Banyuasin sangat terbuka, terutama ke pasar Singapura,” ujarnya.
Nah, kedatangannya kali ini ke Graha Pena sekaligus mempererat kerja sama antara Sumatera Ekspres dan PDHI, terutama dalam rangka peringatan Hari Telur Sedunia yang digelar pada 28 Oktober 2024. “Di sana kita rencanakan pelatihan peternakan ayam petelur yang baik agar telur yang dihasilkan memenuhi standar ekspor,” ucapnya.
Jajaran manajemen Sumatera Ekspres diwakili General Manager H Iwan Irawan, Pemimpin Redaksi Martha Hendratmo, Wakil Pemimpin Redaksi M Rian Sahputra, H Andri Irawan, Direktur Sumeks EO, Arie Abadi, serta GM Sumeks Radio Kgs Hailendri menyambut baik kedatangan PDHI. “Semoga kian mempererat silaturahmi dan menjadi awal yang sinergis untuk kerja sama antara Sumeks dan PDHI ke depan,” pungkas H Iwan Irawan.