“Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin pasar global hilirisasi nikel, termasuk baterai kendaraan listrik, seiring dengan meningkatnya kebutuhan dunia akan kendaraan listrik,” jelasnya.
Namun, tantangan tetap ada. Proses hilirisasi nikel harus memperhatikan prinsip-prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), terutama dalam penggunaan energi ramah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara.
Heri Susanto, Chief Content Officer & Co-Founder Katadata, menyampaikan hasil riset yang menunjukkan bahwa lonjakan pembangunan smelter juga diikuti oleh pembangunan PLTU, yang berpotensi menyulitkan target penurunan emisi pada tahun 2030.
BACA JUGA:Keris yang Dipercaya Membawa Sial Antara Mitos dan Realita
BACA JUGA:6 Ciri Anak Saleh dalam Kehidupan Sehari-hari, Harta Karun Terbesar Setiap Orangtua
Oleh karena itu, Katadata mengajukan beberapa rekomendasi untuk hilirisasi nikel yang berkelanjutan:
1. Moratorium dan pengendalian investasi smelter untuk mengatur pasokan dan permintaan nikel global.
2. Pengadopsian energi terbarukan untuk menekan emisi dari pengelolaan smelter.
3 Mengundang investor dengan komitmen kuat terhadap keberlanjutan.
4. Memastikan reklamasi lahan pasca tambang untuk mengatasi deforestasi.
5. Meningkatkan hilirisasi nikel menuju industrialisasi, seperti produksi baterai kendaraan listrik.