PALEMBANG- Tahun baru Imlek sendiri yang jatuh pada tanggal 22 Januari ini disambut dengan sukacita oleh warga Tionghoa di seluruh dunia. Termasuk di Kota Palembang. Berbagai persiapan dan ritual digelar.
Salah satu diantaranya yakni sembahyang mengantar Dewa Dapur ke langit pada tanggal 15 Januari mendatang. Yang mana, menurut kepercayaan di warga Tionghoa. Sepekan jelang perayaan Imlek. Dewa-dewi yang dipimpin oleh Dewa Dapur akan berangkat ke langit untuk melaporkan segala perbuatan manusia selama setahun terakhir ke Kaisar Langit. Dari laporan tersebutlah, Kaisar Langit akan memutuskan untuk menentukan keberuntungan manusia untuk tahun mendatang. Wakil Ketua Martrisia Komda Sumsel, Tjik Harun mengatakan, ritual atau sembahyang pengantaran dewa merupakan tradisi yang sangat bagi masyarakat Tionghoa. Baca juga : Dharmakirti Dapat Relik Buddha Baca juga : Tambah Fasilitas dan Rupang Buddha Itu dilakukan sebelum menyambut dan merayakan tahun baru Imlek. Biasanya digelar tanggal 24 bulan ke 12 tahun lunar tersebut. “Ini biasanya kita lakukan pada dini hari. Akan tetapi, meskipun dewa dapur tadi berangkat ke alam surga, bukan berarti di dunia tidak ada dewa yang mantau perbuatan manusia,” katanya. Saat itu akan ada dewa pengganti yang akan laksanakan tugas Dewa Dapur untuk memantau aktifitas manusia hingga kembalinya Dewa Dapur ke alam manusia. Selain itu, di dalam masyarakat Tionghoa. Dikenal dengan istilah yang mengatakan mengantar Dewa di pagi hari dan menjemput dewa di malam hari. Baca juga : Dinner Buffet Sambut Imlek Hanya Rp300 Ribu Baca juga : Jelang Imlek, Wihara Berbenah Oleh karena itu, digelar sembahyang di waktu dini hari sebelum dewa tertidur. Yang mana, tujuannya tidak lain agar Dewa Dapur ini cepat sampai ke surga tersebut. Sehingga mendapat tempat terbaik untuk memberikan laporan nya yang terbaik pula. Sehingga dengan cepat sampai ke surga, maka Dewa Dapur melaporkan hal yang terbaik. Dengan begitu, pada tahun mendatang keberuntungan kita akan semakin baik pula. Biasanya ini dilakukan oleh umat ataupun warga Tionghoa di rumah ataupun juga di kelenteng-kelenteng tersebut. “Karena itu, saat menggelar ritual ini warga jua biasanya menyempatkan diri berdoa dan mengharapkan kebaikan dan juga keberkahan di tahun mendatang," ulas Harun. Baca juga : Banyak Suku tapi Tetap Rukun Sedangkan ritual lain yang dilakukan di saat Dewa Dapur ini berada di Surga. Disini, warga Tionghoa juga akan membersihkan altar tempatnya dewa dapur tersebut bersemayam di saat berada di alam manusia. Dimana hal ini dilakukan untuk menghormati Dewa Dapur tersebut. Sehingga nanti, dapat diberikan keberkahan dan juga disenangi oleh Dewa Dapur tersebut. Dia menjelaskan, menyebutnya ritual membuang debu. Ini kalau dilakukan saat Dewa Dapur masih berada di alam manusia dianggap tidak menghormati. Dengan kata lain, Saat Dewa Dapur berada di langit itulah, makanya kita bersihkan. “Diharapkan akan membawa berkah bagi orang yang melakukannya tadi," pungkasnya. (afi)
Kategori :