SUMATERAEKSPRES.ID - Sampah organik Sebagian besar dihasilkan dari sisa makanan, limbah pertanian dan perkebunan, serta limbah rumah tangga, sering kali tidak mendapatkan perhatian yang serius dalam upaya global mengatasi krisis lingkungan.
Sampah organik yang tidak dikelola dengan baik memiliki potensi signifikan untuk mencemari lingkungan, khususnya melalui pelepasan gas metana yang memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dibandingkan karbondioksida.
BACA JUGA:Edukasi Masyarakat, Terapkan Teknologi, Cegah Masyarakat Buang Sampah Sembarangan
BACA JUGA:Sehari Bisa Kumpulkan Rp50 Ribu dari Sampah Plastik
Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), rata-rata sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun, dengan sebagian besar berakhir sebagai sampah organik yang tertimbun di tempat pembuangan akhir (TPA).
Sampah organik tidak hanya menimbulkan masalah penanganan limbah, tetapi juga berkontribusi terhadap krisis lingkungan global. Proses dekomposisi anaerobik yang terjadi di TPA menghasilkan gas metana.
Di negara-negara berkembang, sampah organik menyumbang lebih dari 50% komposisi total sampah. Jika tidak dikelola secara tepat, sampah organik dapat menyebabkan degradasi lingkungan seperti pencemaran air tanah oleh lindi, kerusakan ekosistem, dan peningkatan emisi gas rumah kaca.
Selain dampak negatif, sampah organic memiliki potensi besar sebagai sumber energy terbarukan.
Salah satu teknologi yang dapat memanfaatkan sampah organik adalah pengolahan anaerobik, yang mengubahnya menjadi biogas.
Biogas ini dapat digunakan sebagai energy terbarukan, seperti yang diterapkan di beberapa negara.
Sebagai contoh, Swedia memanfaatkan biogas dari sampah organik untuk bahan bakar kendaraan umum, sementara India menggunakan biogas dari limbah organik untuk memenuhi kebutuhan energy rumah tangga di pedesaan.
Meskipun potensi pemanfaatan sampah organik sangat besar, implementasi teknologi ini masih terkendala oleh berbagai faktor, terutama di negara-negara berkembang.
Keterbatasan infrastruktur, rendahnya kesadaran masyarakat, dan tingginya biaya investasi awal menjadi hambatan utama dalam mengadopsi teknologi pengolahan limbah organik.
Akibatnya, sebagian besar sampah organik masih terbuang di TPA tanpa pengolahan yang tepat, menambah beban pencemaran lingkungan.
Pengelolaan sampah organik yang tidak memadai juga berdampak langsung pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.