Pengunjung dapat menyaksikan arsitektur kuno, benda-benda peninggalan sejarah, serta mempelajari lebih lanjut tentang peran komunitas Tionghoa di Palembang.
Yulia, Generasi ke-15 Rumah Kapitan mengatakan rumah ini memiliki beberapa unit yang butuh perbaikan. Rumah ini dulunya Kantor Kapitan.
"Zaman dulu rakyat datang ke rumah ini menghadap Kapitan untuk melakukan berbagai urusan," jelasnya Yulia.
Menurutnya, di sebelahnya merupakan rumah sembahyang dan tempat tinggal pada bagian belakang. "Saat ini kondisi rumah utama (Kantor Kapitan) genteng-nya turun, akibat terkena angin. Arsitektur atapnya seperti kuku sehingga sering bergesekan," ungkapnya.
BACA JUGA:3 Pekan Pasca Ditabrak, Dermaga Kapitan Tak Kunjung Diperbaiki, Ini Jawaban KSOP Palembang
BACA JUGA:Kampung Kapitan, Cagar Budaya yang Kini Butuh Perhatian
Untuk rumah bagian belakang terdiri dari 4 kamar, namun saat ini ditutup. Jika mau dibuka harus dirombak total. “Tapi ini penting untuk memaksimalkan fungsinya.
Kami berharap ini bisa menjadi penginapan, bagian bawahnya dibersihkan sehingga bisa menjadi kafe atau tempat untuk pemberdayaan UMKM," jelasnya. Dengan begitu potensi Kampung Kapitan sebagai objek wisata dapat dimaksimalkan. (tin/fad/)
ALTAR SEMBAHYANG : Pengunjung melihat altar sembahyang bagi warga Tionghoa di Rumah Kampung Kapitan. Wisata ke kampung ini masih perlu dimaksimalkan.FOTO: BUDIMAN/SUMEKS--