73.000 WNI di Semenanjung Korea Bisa Jadi Korban Perang Nuklir, Indonesia Tuntut Denuklirisasi, Resolusi Damai

Minggu 15 Sep 2024 - 00:29 WIB
Reporter : Andri Irawan
Editor : Andre Jedor

PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID - Ketegangan di semenanjung Korea, sudah berlangsung sejak lama. Tak lagi hanya antara Korea Utara dengan Korea Selatan. Ancaman penggunaan senjata nuklir oleh Korea Utara, mengundang reaksi negara-negara lainnya.

Pimpinan Korea Utara saat ini, Kim Jong-un, disebut-sebut lebih mudah ’meledak’ dibanding dua pendahulunya, Kim Jong-il, dan Kim Il-sung. Sehingga muncul kekhawatiran kondisi geopolitik di kawasan tersebut, mengarah kepda persaingan kekuatan persenjataan nuklir.

Apalagi, Korea Utara bukan rezim demokrasi. Penggunaan kekuatan militer, tidak tergantung persetujuan rakyatnya. Cukup sering Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal balistiknya, pamer kekuatan ke negara tetangga agar tidak mengganggu gugat kedaulatan negaranya.

Tentu saja ini menimbulkan dilema keamanan, bagi perkembangan negara-negara di Asia. Khususnya Asia Timur. Patut diwaspadai, karena tidak semua negara yang memiliki senjata nuklir, terikat dalam perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).

Sementara negara-negara adi kuasa, seperti Amerika Serikat, Rusia, dan negara lain telah sepakat untuk menggunakan nuklir tujuan tujuan perdamaian. Sehingga senjata nuklir perlu diawasi dengan pelaksanaan NPT, serta dibatasi dengan pelucutan senjata.

BACA JUGA:Korut Luncurkan Rudal, Jelang Latihan Bersama Korsel-AS

BACA JUGA:Waduh, Ngeri Nih! Kim Jong Un Hukum Mati Pejabat Korut, Tindakan Ekstrem di Tengah Krisis Banjir

Contoh tindakan Korea Utara yang sempat membuat negara di dunia ger-geran, yakni saat Pyongyang merespons kedatangan beberapa kapal selam bertenaga nuklir milik Amerika Serikat di Korea Selatan, medio Desember 2023 lalu. Seperti di antaranya, USS Missouri (SSN-780), dan USS Santa Fe (SSN-763).

Kim Jong-un menyebut akan mempercepat produksi senjata nuklirnya. Guna menghalangi Korea Selatan dan sekutunya, Amerika Serikat serta Jepang. Menyusul ancaman Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, akan menghancurkan rezim Kim jika menggunakan senjata nuklir.

Kim Jon-un pun beraksi dengan menguji rudal balistik dan hulu ledak yang semakin canggih. Bahkan disebutnya, beberapa di antara senjata yang diuji coba itu memiliki jangkauan sampai ke daratan Amerika Serikat. Pyongyang terus mengembangkan rudal jelajah yang bisa diluncurkan dari kapalnya.

Psywar Pyongyang, Soeol, dan Washington, juga tak lepas dari invasi Rusia yang ke Ukraina terkait ancaman penggunaan senjata nuklir. Termasuk ancaman militer Israel, juga mengancam akan menggunakan senjata nuklir di Gaza.

“Setiap ancaman tambahan, uji coba rudal, provokasi militer, atau deklarasi tentang pentingnya atau perlunya senjata nuklir, menambah risiko bencana,” ujar Melissa Parke, Direktur Eksekutif ICAN (Insurance Cultural Awareness Network), seperti dikutip dari www-icanw-org.

 BACA JUGA:Wow! Meski Diblokir Dunia, Korut Sukses Kembangkan AI untuk Berbagai Bidang, Ini Buktinya

BACA JUGA:HIDUP MATI LAWAN KORUT

Lanjut Melissa, Korea Utara, Amerika Serikat, dan Korea Selatan, perlu menunjukkan pengendalian diri dan menghindari meningkatnya ketegangan lebih lanjut.    Namun Kim Jong-un, tetap dengan kebijakan dan keputusannya dalam memimpin negaranya.

Kategori :