SUMATERAEKSPRES.ID - Rencana pemasangan chattra atau payung bertingkat tiga di stupa induk Candi Borobudur telah menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat dan para ahli.
Chattra ini awalnya diusulkan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dengan tujuan memperkuat sisi spiritual Candi Borobudur sebagai tempat ibadah umat Buddha.
Namun, rencana ini mendapat penolakan dari berbagai pihak, termasuk para arkeolog yang khawatir bahwa pemasangan chattra dapat mengurangi keaslian dan integritas batu penyusun candi.
Menurut kajian teknis yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kondisi material chattra saat ini belum memungkinkan untuk dipasang karena beberapa bagian batu tidak utuh.
BACA JUGA:Kecelakaan Tragis di Jalan Lahat-Pagaralam, Truk Terperosok ke Jurang, Begini Kondisi Sopirnya!
BACA JUGA:Buntut Penggerebekan Oknum Ketua PPS Ngamar Bareng Kekasih, Penginapan Ditutup Satpol PP Banyuasin
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, menegaskan bahwa semua aspirasi masyarakat harus didengar dan dipertimbangkan dalam proses ini1.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga aspek spiritualitas Candi Borobudur sambil tetap mengembangkan candi sebagai destinasi wisata super prioritas.
Penundaan pemasangan chattra ini juga didasarkan pada hasil Rapat Koordinasi Tingkat Menteri terkait Pelestarian Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia.
Rencana peresmian chattra yang awalnya dijadwalkan pada 18 September 2024 pun ditunda untuk dievaluasi kembali.
Tujuannya agar seluruh proses selaras dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan Konvensi Warisan Dunia Tahun 1972.
Rencana pemasangan chattra di Candi Borobudur dapat mempengaruhi pengunjung dalam beberapa cara :
Pengalaman Spiritual
Bagi pengunjung yang datang untuk beribadah atau mencari pengalaman spiritual, pemasangan chattra dapat menambah nilai religius dan spiritual dari kunjungan mereka.
Chattra, sebagai simbol penting dalam agama Buddha, dapat memperkuat suasana sakral di candi.