SUMATERAEKSPRES.ID - Di era digital saat ini, kecerdasan buatan (AI) semakin menjadi sorotan utama dalam diskusi tentang masa depan teknologi.
Dari sistem rekomendasi di platform streaming hingga robot-robot pintar yang membantu di berbagai sektor industri, AI jelas telah membuktikan kemampuannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Namun, pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah: Apakah AI bisa menguasai dunia, dan jika iya, kapan hal itu akan terjadi?
Penting untuk memahami bahwa penguasaan dunia oleh AI bukanlah sekadar skenario fiksi ilmiah.
BACA JUGA:Viral di TikTok, Tren Chroming Challenge Renggut Nyawa Bocah 12 Tahun, Apa Sih Itu?
BACA JUGA:5 Pekerjaan Jarak Jauh dengan Gaji Fantastis Per Tahun, Apa Saja?
Saat ini, AI telah menunjukkan kemajuan pesat dalam berbagai bidang, termasuk analisis data, pengenalan pola, dan automasi proses.
Namun, teknologi ini masih memiliki batasan signifikan. AI, meskipun sangat canggih, belum memiliki kesadaran diri atau motivasi pribadi yang menjadi landasan bagi penguasaan dunia seperti dalam film-film sci-fi.
Menurut Dr. Stuart Russell, seorang ahli AI dan penulis buku Human Compatible: Artificial Intelligence and the Problem of Control, Kecerdasan buatan tidak akan secara otomatis mengembangkan tujuan atau keinginan sendiri.
"Kemajuan AI harus selalu dikendalikan dan diarahkan oleh manusia untuk memastikan teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama," ungkap Stuart.
Ini menunjukkan bahwa meskipun AI dapat sangat kuat dalam hal kemampuan teknis, pengendalian dan arahannya tetap berada di tangan manusia.
BACA JUGA:Lagi Trending, Begini Tutorial Bikin Video AI Berpelukan yang Viral di Medsos, Gampang Banget!
BACA JUGA:Mau Nggak Mau, 3 AI Translator Ini Bikin Google Translate Ketinggalan, Sudah Coba?
Selain itu, Profesor Nick Bostrom dari Future of Humanity Institute di Oxford University menambahkan, pertanyaan mengenai kapan AI mungkin menguasai dunia sebenarnya sangat bergantung pada keputusan yang kita ambil hari ini tentang bagaimana mengembangkan dan mengelola teknologi ini.
"Tanpa pengaturan dan kebijakan yang tepat, potensi risiko AI bisa menjadi signifikan," Tambahnya.