JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Untuk mempermudah investor dalam membuat keputusan investasi dan meraih kinerja portofolio yang optimal melalui analisis multi-faktor, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama PT Infovesta Utama telah meluncurkan indeks baru, yaitu IDX-Infovesta Multi-Factor 28.
Indeks IDX-Infovesta Multi-Factor 28 dirancang untuk mengukur kinerja harga dari 28 saham yang dipilih berdasarkan kriteria profitabilitas tinggi, valuasi harga rendah, serta volatilitas rendah.
Saham-saham ini juga dipilih berdasarkan likuiditas transaksi yang baik dan kinerja keuangan yang solid.
"Indeks ini diluncurkan untuk merespons tren pertumbuhan Asset Under Management (AUM) pada produk investasi pasif dan meningkatnya penggunaan indeks BEI sebagai dasar (underlying) dari produk tersebut," ujar Eko Susanto, Sekretaris Perusahaan BEI, dalam pernyataannya yang dikutip dari situs resmi IDX pada Selasa, 3 September 2024.
BACA JUGA:Grib Jaya Berkomitmen Jaga Stabilitas Pilkada Palembang Tetap Kondusif
BACA JUGA:Menteri Agama RI Sambut Kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia, Soroti Pentingnya Dialog Antariman
Indeks IDX-Infovesta Multi-Factor 28 menggunakan pendekatan fundamental weighting dalam penentuan bobot setiap saham.
Berbeda dengan pendekatan kapitalisasi pasar, fundamental weighting menentukan bobot saham berdasarkan ukuran fundamental perusahaan seperti pendapatan, laba, dan arus kas.
Pendekatan ini bertujuan memberikan representasi yang lebih akurat mengenai potensi investasi dengan memperhatikan kekuatan fundamental perusahaan.
BACA JUGA:5 Pilihan Investasi untuk Pemula, Modal Kecil dengan Keuntungan Besar
BACA JUGA:Investasi Subsektor Listrik, Gas, Air Tertinggi, Realisasi Semester 1 2024 di Sumsel
Tahapan awal seleksi konstituen indeks ini melibatkan beberapa kriteria:
- Memilih saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah tercatat di BEI selama minimal lima tahun.
- Memilih saham dengan nilai transaksi harian lebih dari Rp500 juta selama enam bulan terakhir.
- Memilih saham dengan kapitalisasi pasar free float minimal Rp1 triliun.