Cerita ini menambah kepercayaan bahwa Prabu Siliwangi masih ada dan menjaga tanah Sunda dari dimensi lain.
Cerita mengenai Leuweung Sancang, sebuah hutan di Garut, juga berhubungan dengan Prabu Siliwangi. Dikisahkan bahwa ia dan pasukannya berubah menjadi macan untuk menghindari musuh, menjadikan cerita ini sebagai simbol perlawanan dan ketahanan.
Selain itu, ada kisah tentang Prabu Siliwangi yang menaklukkan Maung Bodas (macan putih) dan menjadikannya khodam yang setia mendampinginya.
Kisah ini mencerminkan kesaktian dan kekuatan spiritual Prabu Siliwangi.
Prabu Siliwangi meninggal dunia pada tahun 1521 di Pakuan (sekarang Bogor). Setelah kematiannya, Kerajaan Pajajaran mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh pada abad ke-17.
Pengaruh Prabu Siliwangi masih dirasakan dalam berbagai aspek budaya Sunda, seperti:
1. Nilai-Nilai Luhur dan Kebajikan: Ajaran Prabu Siliwangi tentang kebajikan dan kebenaran, seperti prinsip "pakena gawe rahayu" dan "pakena kereta bener," tetap dihormati dan menjadi pedoman bagi masyarakat Sunda.
2. Pengaruh pada Seni dan Sastra" Kisah dan legenda tentang Prabu Siliwangi diabadikan dalam seni dan sastra Sunda. Cerita-cerita ini terus menjadi bagian penting dari budaya lisan dan karya sastra Sunda.
3. Peninggalan Sejarah dan Arkeologi: Peninggalan dari era Prabu Siliwangi, seperti Prasasti Batutulis di Bogor, tetap menjadi objek penelitian dan wisata sejarah yang penting.
4. Pengaruh pada Sistem Pemerintahan Lokal: Prinsip kepemimpinan Prabu Siliwangi yang adil dan bijaksana menjadi inspirasi bagi sistem pemerintahan lokal di Jawa Barat.
5. Penghormatan dalam Tradisi dan Upacara: Prabu Siliwangi dihormati dalam berbagai tradisi dan upacara adat Sunda, mencerminkan penghormatan terhadap sejarah dan budaya.
Warisan Prabu Siliwangi menunjukkan betapa besar pengaruh seorang pemimpin dalam membentuk nilai dan budaya masyarakat yang bertahan lama.