SUMATERAEKSPRES.ID – Bagi sebagian orang, catur mungkin dianggap sebagai permainan yang memicu kebingungan, namun penelitian justru menunjukkan bahwa catur merupakan olahraga yang efektif untuk merelaksasi otak.
Meski era digital telah menghadirkan catur online, permainan secara langsung tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama di Palembang. Di kota ini, banyak tempat nongkrong yang menjadi lokasi favorit para pecatur, bukan hanya untuk mengasah keterampilan tetapi juga sebagai sarana bersosialisasi.
Sebuah kedai kopi sederhana berukuran 6x1,5 meter dengan dinding kayu berwarna hijau berdiri kokoh di sudut Lorong Kebangkan, tepat di pinggir Jalan Segaran, Kelurahan 9 Ilir, Palembang.
Di tengah keramaian pusat kota lama Palembang, sekelompok pria, sebagian besar berusia di atas 50 tahun, tampak serius memperhatikan buah catur di hadapan mereka.
BACA JUGA:Dinamika Fubuki, Sang Pahlawan Kelas B dengan Kehebatan Esper di One Punch Man
BACA JUGA:Menikmati Keindahan Alam Kabupaten OKU, Berikut 5 Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi
Mereka duduk berdesakan di emperan kedai, tetap fokus pada permainan meski tempatnya sempit. Beberapa di antaranya asyik menyaksikan pertandingan, memberikan komentar, atau sekadar bersenda gurau.
Tempat ini sudah dikenal selama puluhan tahun sebagai lokasi berkumpulnya para penggemar catur di Palembang.
"Ini hanya salah satu dari sekian banyak tempat nongkrong untuk bermain catur di Palembang. Tapi memang di sini yang paling konsisten, setiap hari selalu ada yang bermain," ungkap Wiwin Sudianto, seorang atlet peraih emas di ajang Porprov Lahat 2023, saat ditemui di kedai kopi tersebut.
Wiwin juga menyebutkan beberapa lokasi lain di Palembang yang menjadi tempat berkumpulnya pecatur, seperti Akademi Catur di Seduduk Putih, samping Mall PTC, serta Sekretariat Percasi Kota Palembang di kawasan Rumah Susun.
BACA JUGA:HDCU Kukuhkan Tim Kampanye di Jakabaring, Mohon Restu dan Dukungan Masyarakat Sumsel
BACA JUGA:Kematian Irrohmin di Rutan Pakjo, Terkuak karena Kekerasan, Bukan Sakit
Selain itu, ada juga Warung Pempek Udin di Jalan Depaten Baru, Sekanak. "Kalau di seberang Ulu, kadang di posko klub Sepasang Gajah di Jalan KH Azhari 14 Ulu atau di Simpang Kayu Agung, Plaju, dan di rumah Kiyai Najib di samping JM Plaju.
Tapi ya, kadang sepi, tidak sekonsisten di Kebangkan ini," tambahnya.
Stereotip bahwa pecatur adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan atau malas terbantahkan dengan melihat latar belakang para penggemar catur yang sering nongkrong di tempat-tempat ini.