PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pola hidup dan jenis makanan masa kini, tanpa disadari membuat kerja ginjal menjadi berat.
Akibatnya isu yang beredar dan menjadi perbincangan, banyak masyarakat bahkan usia muda dan anak-anak harus menjalani cuci darah atau hemodialisis.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pada tahun 2019 telah terjadi kenaikan 15 persen populasi pasien gagal ginjal kronis di dunia, menyebabkan 1,2 juta kasus kematian.
Pada tahun 2020 tercatat 254.028 kasus kematian akibat gagal ginjal kronis. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan sebanyak 12 provinsi di Indonesia menempati posisi tertinggi angka kasus penyakit ginjal kronis.
“Prevalensi penyakit ginjal kronis pada usia di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter tahun 2018 berjumlah 739.208 jiwa atau meningkat dari 2 permil pada tahun 2013 menjadi 3,8 permil.
Berdasarkan kriteria usia didominasi kelompok usia 65-74 tahun sebanyak 8,2 permil. Dilihat dari jenis kelamin, penyakit ini lebih didominasi laki-laki di wilayah perkotaan,” ujar Ahli Penyakit Ginjal di Siloam Hospitals ASRI, Prof Dr dr Endang Susalit SpPD-KGH FINASIM didampingi dr Asdi Predi SpPD FINASIM saat menjadi narasumber Simposium Medis bertajuk “Exploring Insights in Nephrology and Neurology” yang digelar Siloam Hospitals Group, kemarin.
Selain kasus ginjal, pada waktu yang sama juga dibahas mengenai penyakit parkinson merupakan suatu penyakit degeneratif otak yang berkembang lambat pada beberapa orang selama bertahun-tahun.
Ditandai hilangnya kontrol gerakan motorik yang berkelanjutan disertai gangguan emosi seperti depresi, hilangnya indra penciuman, gangguan lambung, dan gangguan kognitif.
"Penyebab pasti penyakit ini masih belum diketahui, namun ada yang disebabkan oleh faktor genetik, paparan pestisida, dan lain-lain.
Diawali gejala berupa gemetar (tremor), gerakan lambat (bradykinesia), otot kaku, postur tubuh membungkuk, depresi, gangguan menelan, gangguan mengunyah, gangguan berkemih, dan gangguan bicara,” terangnya.
Penanganan meliputi terapi dopaminergik, latihan olahraga untuk menjaga tonus, kekuatan, dan fleksibilitas otot, terapi bicara, serta antidepresan yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Siloam Hospitals Group bersama IDI dan Kolegium Nefrologi serta Neurologi turut menyampaikan terapi transplantasi ginjal dan parkinson dengan prosedur deep brain stimulation yang berkembang pesat.
Tujuan acara ini sejalan dengan visi misi Kemenkes yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal dan parkinson (penyakit saraf degeneratif), terutama gaya hidup modern yang menjadi pemicu berkembangnya penyakit-penyakit tersebut.