SUMATERAEKSPRES.ID - Musim kemarau yang melanda Indonesia, termasuk Kabupaten OKU Timur di Sumatera Selatan, memberikan dampak negatif yang signifikan bagi para petani karet di daerah tersebut.
Produksi getah karet mengalami penurunan drastis, menyulitkan kehidupan para petani lokal.
Suryadi, seorang petani karet dari Desa Keromongan, Kecamatan Martapura, mengungkapkan bahwa musim kemarau menyebabkan pohon karet menggugurkan daun-daunnya.
"Kondisi kering membuat daun gugur, sehingga produksi getah karet menurun secara drastis," kata Suryadi pada Jumat, 9 Agustus 2024.
Sejak musim kemarau mulai melanda pada bulan Juli lalu, produksi getah karet di kebun Suryadi turun dari 75 kilogram per minggu menjadi hanya 50 kilogram per minggu.
BACA JUGA:Mekanisme dan Jumlah Soal Ujian Tertulis UKPPPG Bagi Peserta Piloting PPG Guru Tertentu 2024
Meskipun harga karet menunjukkan perbaikan, yaitu Rp 12.350 per kilogram dari sebelumnya Rp 12.000, penurunan produksi tetap menjadi masalah besar bagi para petani.
Suryadi memperkirakan, penurunan ini akan berlanjut karena musim kemarau diperkirakan masih berlangsung lama.
"Jika pada awal musim kemarau saja sudah mengalami penurunan produksi, tentu kondisi ini akan semakin buruk di minggu-minggu mendatang," ujarnya.
Kondisi serupa juga dialami oleh Vivin, pemilik kebun karet di Desa Perjaya, Kecamatan Martapura.
Menurut Vivin, penurunan produksi getah karet selama musim kemarau sangat signifikan, terutama menjelang puncak musim trek pada bulan Oktober. "Produksi getah karet menurun hingga 50 persen," ungkapnya.
BACA JUGA:Hj Ratna Klaim Raih 33 Kursi DPRD Mura untuk Pilkada 2024
BACA JUGA:Penjualan Bendera Menurun Drastis, Strategi Penjual di Muara Enim untuk Menarik Pembeli
Para buruh sadap karet juga merasakan dampaknya, dengan penghasilan mereka yang berkurang drastis dari sekitar Rp 1 juta menjadi setengahnya.