MARTAPURA, SUMATERAEKSPRES.ID – Gerakan pengendalian organisme pengendali tanaman (OPT) hawar daun bakteri dilakukan di Desa Karang Jaya Kecamatan Belitang II, OKU Timur. Dalam pengendalian ini, luas areal yang dikendalikan adalah 5 hektare dengan umur tanaman 55-80 hari setelah tanam.
Varietas yang ditanam adalah IR 42 dan lokal. Bahan pengendali yang digunakan adalah Bio Fungisida dengan komposisi Streptomyces sp dan Geobacillus sp.
Gerakan pengendalian ini dilakukan petani didampingi petugas POPT Saringah SP. Lalu, Koordinator BPP, M Faturohman SP dan tiga tenaga PPL, Eni Ernawati SP, Endang Lilis Purwati SP, dan Junaidi SP.
BACA JUGA:Nitrogen Berlebih, Kresek Menyerang, Petugas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Lakukan Monitoring
BACA JUGA:Kemarau Mulai Melanda, Inilah 8 Tips Merawat Tanaman Agar Tidak Kering
Penyakit hawar daun bakteri sendiri merupakan penyakit yang memang sering terjadi pada tanaman padi. Penyakit ini disebabkan bakteri Xanthomonas oryzae. Gejala serangan ditunjukkan dengan adanya bercak cokelat berbentuk belah ketupat dan memanjang searah dengan urat daun.
Sementara pada tanaman padi yang telah berbuah ditandai bercak cokelat kehitaman dan busuk pada malai. Akibatnya malai mudah patah bila tertiup angin.
‘’Salah satu bahan pengendali yang juga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan adalah dengan menggunakan Bio Fungisida. Kandungan bakteri Streptomyces sp dan Geobacillus sp yang berada di dalam Bio Fungisida ini mampu menekan pertumbuhan bakteri Xanthomonas oryzae,’’ kata Saringah.
BACA JUGA:Tanaman Padi Tahap Kedua Diserang Blas, Segera lakukan antisipasi
BACA JUGA:Mau Budidaya Tanaman Kangkung, Yuk Ikuti Langkahnya
Selain itu, petani juga diminta untuk melakukan evaluasi setelah 5-7 hari pengendalian.
‘’Bila masih terdapat serangan segera lakukan pengendalian lanjutan atau pengendalian secara berkala dengan bahan pengendali yang sama,’’ ujarnya yang meminta petani tetap melakukan pengamatan intensif untuk memantau perkembangan OPT. (sms)