Bangun Pabrik CCO untuk Bioavtur, Produksi Sehari 120 Ton, Omzet Rp660 M/Tahun

Minggu 28 Jul 2024 - 19:45 WIB
Reporter : Ardila
Editor : Edi Sumeks

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Sumsel gencar melakukan hilirisasi produk salah satunya mengolah komoditas kelapa menjadi sustainable aviation fuel (SAF) atau bioavtur. Investor asal Jepang Green Power Development Corporation of Japan (GPDJ) telah menyatakan kesediaannya bergabung dalam rencana pembangunan pabrik tersebut.

Ditandai penandatangan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Menteri Koordinator Perekonomian RI, Pj Gubernur Sumsel, Ketua Indonesia Japan Business Network (IJBNet), dan CEO dari GPDJ beberapa waktu lalu. 

Kepala Bidang Promosi PM Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumsel, Rahmat Fitriansyah membenarkan rencana tersebut. Pabrik ini akan dibangun di Desa Muara Sungsang II, Kabupaten Banyuasin. "Iya, di daerah Banyuasin yang juga pusat penghasil kelapa," katanya, kemarin. 

Saat ini, sambunng dia, progres rencana masih dalam perizinan analisis dampak lingkungan (amdal) serta kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang atau KKPR. "Pembangunan pabrik belum jalan, tapi sudah mulai proses pengurusan izin lingkungan, kesesuain RTRW,” lanjutnya lagi. 

BACA JUGA:Dampak Negatif Pembangunan Pabrik PT Wilmar Padi Indonesia Terhadap Pemukiman Warga Desa Prajen

BACA JUGA:Fasilitasi Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah, Secara Mandiri dan Terintegrasi

Rahmat menyebut rencana nilai investasi Jepang dalam pembangunan pabrik Crude Coconut Oil (CCO), khusus untuk bahan baku bioavtur yang ada di Bumi Sedulang Setudung itu berkisar Rp200-300 miliar, dengan skala produksi CCO diperkirakan mencapai 100-120 ton per hari dan omzet sebesar Rp660 miliar per tahun. 

Namun, lanjut dia, besaran itu belum pasti lantaran pihak investor masih terus melakukan kajian hilirisasi ke produk lainnya, seperti santan, air kelapa kemasan, hingga pabrik arang dari sabut dan tempurung kelapa. “Jumlah investasi belum fix karena mereka masih melakukan kajian lagi. Tapi untuk saat ini fokus satu item (pabrik CCO) dulu,” imbuhnya. 

Di samping itu, kata dia, akselerasi proyek ini masih menemui hambatan dan tantangan di lapangan, salah satunya jalan menuju lokasi pabrik yang masih sulit dilalui. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah diharapkan memberikan atensi dan bantuan agar akses ke lokasi dapat diperbaiki. “Kemarin sudah di-acc pihak pemerintah provinsi untuk akses jalan dibantu sekitar 4,5 kilometer dari ujung jalan,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto mengatakan MoU itu menjadi salah satu langkah yang baik untuk dibuat prototipe pada bioavtur. “Kita ketahui saat ini untuk bioavtur pemerintah sedang menyiapkan skala 3-5 persen, tetapi tentu harus ada pilot plan terkait bioavtur sendiri. Sehingga adanya investor ini mudah-mudahan menjadi prototipe yang ada di Sumsel,” ujar Airlangga.

 

Kategori :