PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Hari Raya Iduladha telah usai. Uang Rp279,5 miliar mengalir ke luar Sumsel. Angka itu berdasarkan perkiraan kasar dari total nilai pembelian 17.081 sapi dan 11.746 kambing tahun lalu (2023).
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, Dr drh Jafrizal menyampaikan, 17.081 sapi senilai Rp 256 miliar dan 11.746 kambing senilai Rp23, 5 miliar itu berdasarkan jumlah ternak yang masuk ke wilayah Sumsel berdasarkan rekomendasi dari dinas terkait.
BACA JUGA:Strategi Menuju Swasembada Ternak di Sumsel, Ini Kata Dr.drh Jafrizal!
BACA JUGA:Ini Dia 5 Jenis Rumput yang Bisa Dijadikan Pakan Ternak, Peternak Wajib Tahu ya
"Jumlah itu sebenarnya jauh lebih sedikit dari yang sebenarnya. Banyak ternak dari luar yang masuk Sumsel tanpa surat rekomendasi," bebernya, kemarin (25/6).
Kata Jafrizal, andai peternak lokal bisa diberdayakan, bukan tidak mungkin uang Rp279,5 miliar itu bisa meningkatkan kesejahteraan. Terutama pengembangan peternakan Sumsel.
Saat ini perkembangan pembiakan ternak masih lamban. Salah satu sebab, keuntungan yang diterima oleh peternak rendah. Karena pemeliharaan ternak dengan pola instensif (pengandangan) yang mengakibatkan biaya produksi, terutama pakan menjadi tinggi.
Sebagai saran dan solusi, Sumsel perlu belajar dari sistem pengelolaan peternakan 10 negara yang memiliki populasi ternak tertinggi di dunia, yaitu India, Brasil, China, Eropa, AS, Australia dll.
Karena, ada hal menarik dimana sistem pemeliharaan ternak sapi dilakukan dengan rotational grazing adalah penggembalaan ternak yang intensif dimana ternak merumput pada padang pengembalaan.
Nantinya, secara bergiliran dari paddock yang satu ke paddock yang lain kemudian kembali ke padang rumput/paddock semula setelah kondisi tanaman kembali siap di senggut.
"Ini salah satu metode penggembalaan yang efektif. Metode penhembalaan ini dapat menurunkan biaya produksi termasuk pakan yang mencapai 3-4 juta dalam 1 tahun yang dapat menjadi keuntungan dari peternak," bebernya.
Sebab, bicara soal potensi yang dimiliki Sumsel sangat luar biasa. Berdasarkan data BPS (2023) tercatat luas lahan perkebunan karet 1.232.205 hektar, sawit 1.254.613 hektar, dan lahan perhutanan sosial dan hutan produksi 2.050.221 hektar (BPS, 2023).
"Lahan yang dimiliki untuk dapat dioptimalkan tidak kurang dari 4.5 juta hektar," jelas dia.
Kemudian lahan sawit dan karet dapat diintegrasikan dengan peternakan kambing/domba dengan rasio sekitar 7-14 ekor per hektar pertahun.
Jumlah lahan sawit dan karet ada 2.5 juta hektar maka potensi dapat menampung 17.5 juta - 35 juta ekor kambing/domba.