Kisah Sedih Sritex: Perjalanan Panjang dari Raksasa Tekstil hingga di Ambang Kebangkrutan

Jumat 21 Jun 2024 - 12:21 WIB
Reporter : Kemas A Rivai
Editor : Novis

SUMATERAEKSPRES.ID -Pabrik tekstil Sritex, yang kini menghadapi ancaman kebangkrutan, memiliki perjalanan panjang sejak didirikan oleh H.M. Lukminto pada tahun 1966. 

Berawal dari kios kecil bernama UD Sri Rejeki di Pasar Klewer, Solo, Sritex kemudian membangun pabrik cetak kain di Baturono, Solo pada tahun 19681.

Berikut adalah beberapa momen penting dalam sejarah perusahaan ini:

Awal Berdiri

 Pada tahun 1966, H.M. Lukminto mendirikan UD Sri Rejeki sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo.

Pabrik Cetak Pertama: Pada tahun 1968, UD Sri Rejeki membuka pabrik cetak pertamanya di Joyosuran, Solo, yang menghasilkan kain putih dan berwarna.

BACA JUGA:UNIQLO Menghadirkan T-shirt Versatile untuk Gaya Sehari-hari yang Stylish

BACA JUGA:Perkembangan Uang Beredar M2, Tren Positif pada Likuiditas Ekonomi Indonesia

Ekspansi dan Diversifikasi

Sritex terus berkembang. Pada tahun 1982, mereka mendirikan pabrik tenun pertama. Kemudian, pada tahun 1992, mereka memperluas pabrik dengan 4 lini produksi (pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana) dalam satu atap.

Krisis Moneter dan Pertumbuhan

Meskipun menghadapi Krisis Moneter pada tahun 1998, Sritex berhasil melipatgandakan pertumbuhannya hingga delapan kali lipat dibandingkan saat pertama kali terintegrasi pada tahun 1992.

Penghargaan dan Pemilu 2024

Sritex pernah meraih penghargaan sebagai Businessman of the Year dan EY Entrepreneur of the Year. 

BACA JUGA:Kemenag Ingatkan Jemaah Haji Indonesia Dilarang Bawa Air Zamzam dalam Bagasi saat Pulang

Kategori :