SUMATERAEKSPRES.ID - Dengan semangat HUT ke-1.341 Kota Palembang, tim Mapala UIN Raden Fatah Palembang melakukan ekspedisi ‘unik’ ke hutan lindung Raje Mandare di Gunung Patah. Lokasinya di Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu.
Mendaki gunung hal biasa bagi anggota mapala. Namun, semangat yang diusung tentu beda-beda. Termasuk kali ini dari tim ekspedisi Mapala UIN Raden Fatah Palembang. Ekspedisi ke hutan lindung Raje Mandare di Gunung Patah Kabupaten Kaur, Bengkulu, tidak hanya bermodal fisik dan mental semata.
Tapi juga semangat konservasi dan pelestarian budaya khas Palembang. Karena itu, ketujuh anggota tim yang melakukan ekspedisi ini menggunakan tanjak, ikat kepala khas Palembang.
Adapun tujuh anggota tim ini yaitu Fadhil Nugraha ‘Ewako’ (MPL. 411 29 20 RF), Demas Angger ‘Iwaka’ (MPL. 394 29 20 RF), Kemas Hidayatullah ‘Akas’ (MPL. 396 26 17 RF), Fandrean Satria ‘Jali’ (410 29 20 RF), Ahmad Hafiz AlFaqih ‘Lohe’, Abeng Pransisko ‘Alee’, dan Azril Imam Fikri ‘Selong’.
Mereka bertolak dari Sekretariat Mapala UIN Raden Fatah menuju Kota Pagaralam. Titik awal pendakian di Kelurahan Kance Diwe, Kecamatan Dempo Selatan, Pagaralam, Sumsel, pada 8 Juni 2024 lalu.
BACA JUGA:Kreatif! Caleg ini Kampanye Layaknya Mapala, Menginap di Desa Pakai Tenda Doom
Dari Pagaralam, tim ini melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Patah di kawasan hutan lindung Raje Mandare, Kecamatan Padang Guci, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Ketinggian gunung itu sekitar 2.852 Mdpl. Dari sana, tim melanjutkan perjalanan ke titik akhir pendakian di Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumsel.
Ekspedisi kali ini memakan waktu cukup lama karena melintasi satu kota (Pagaralam) dan 2 kabupaten (Kaur dan Muara Enim). Tim Mapala UIN Raden Fatah Palembang ini menghabiskan waktu perjalanan selama 8 hari 7 malam. Ekspedisi berakhir 16 Juni 2024.
Diceritakan Fandrean Satria, salah seorang anggota tim, rute yang mereka lalui sepanjang ekspedisi cukup menantang. Berbagai medan sulit mereka temukan. "Kami memang sudah mempersiapkan diri dengan matang, baik fisik maupun mental. Sehingga Alhamdulillah semua kendala dan rintangan berhasil dilewati. Kami bisa mencapai puncak Gunung Patah dan menyelesaikan misi ekspedisi ini," bebernya.
Diakui, selama ekspedisi, mereka memakai tanjak. Di kawah Gunung Api Patah, tim membentangkan bendera Merah Putih raksasa. Pengibaran bendera ini menjadi simbol semangat nasionalisme dan komitmen terhadap pelestarian alam.
BACA JUGA:Pembunuh Ketua Mapala Lubuklinggau Sempat Kabur ke Tanjung Api-Api dan Kalidoni
"Pengibaran bendera Merah Putih ini bukan hanya untuk menunjukkan cinta Tanah Air. Tapi juga sebagai tanda penghormatan kepada alam yang kita jaga. Sedangkan tanjak kami pakai untuk melestarikan budaya Palembang," kata Kemas Hidayatullah, selaku ketua tim.
Tim sempat melakukan herping di kawasan Danau Tumutan Tujuh, yang dikenal sebagai habitat berbagai jenis herpetofauna. Lalu, mendokumentasikan keberagaman hayati dan memahami kondisi ekosistem setempat.