* Menembakkan sinar gamma (radioaktif) pada karung berisi beras, jagung, atau kacang-kacangan untuk membunuh hama yang menyerang pasca panen.
* Menggunakan suhu panas untuk mematikan hama yang tidak tahan panas. Oleh karena itu, petani juga harus mempelajari sifat-sifat hama yang menyerang tanamannya.
* Menggenangi lahan untuk membasmi hama dalam tanah seperti ulat grayak, jangkrik, lundi, telur belalang, nematoda parasit, dan sebagainya.
Taktik kultur teknik
Taktik ini dilakukan dengan menerapkan cara bercocok tanam yang baik dan benar. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kondisi lahan tidak sesuai dengan kehidupan hama.
* Mempertimbangkan sanitasi, eradikasi, pengolahan lahan, dan lain sebagainya.
* Mengadakan rotasi tanaman untuk mengganggu kelangsungan penyedia kebutuhan hama.
Secara umum, waktu penggunaan pestisida biasanya dilakukan pada saat hama mencapai ambang pengendalian. Penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari yakni sekitar pukul 16.00-17.00, ketika suhu udara di bawah 30 derajat Celcius dan kelembaban udara sekitar 50-80%, karena biasanya jumlah hama meningkat pada saat itu.
Untuk membasmi hama, pestisida kimia sering menjadi pilihan. Padahal, saat ini, sudah ada alternatif lain yang dapat digunakan oleh petani, yaitu pestisida nabati.
Pestisida nabati merupakan pestisida berbahan dasar tumbuhan, misalnya daun, batang, akar, atau bahkan buah.
BACA JUGA:Ingin Tahu Cara Mencegah Hama Masuk dalam Rumah, Ini 7 Cara yang Bisa Dilakukan
BACA JUGA:Bukan Hama Utama, tapi Sangat Merugikan
Jenis pestisida ini memiliki beberapa keunggulan, seperti cenderung lebih ramah lingkungan, murah, dapat dibuat sendiri oleh petani, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, cenderung tidak mengakibatkan resistensi hama, dan menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas dari pestisida kimia.
Pestisida nabati sangat tepat digunakan setelah populasi hama berada di ambang batas kendali, karena pestisida ini memiliki sifat yang dapat menghambat pergantian kulit hama serangga, merusak perkembangan larva, pupa, dan telur hama, serta membuat hama, terutama serangga, kehilangan nafsu makan.
Pengaplikasian pestisida di tingkat petani biasanya dilakukan dengan 2 sistem, yaitu sistem kalender (berjadwal) dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
Dalam sistem kalendar, pengaplikasian pestisida tidak melihat apakah ada hama atau tidak karena pengaplikasiannya yang sudah terjadwal.
Hal ini tentu berbahaya jika dilakukan dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan resistensi (ketahanan) hama terhadap pestisida. Berbeda dengan sistem kalendar, pengaplikasian pestisida pada sistem PHT sangat bergantung pada jumlah hama yang menyerang. Dalam sistem ini, pestisida hanya akan diaplikasikan jika memang terpaksa karena hama sudah berada di ambang kendali.