PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Mitos yang menyatakan bahwa mengonsumsi parutan kelapa dapat menyebabkan cacing kremi sebenarnya tidak benar.
Meskipun bentuk cacing kremi mirip dengan parutan kelapa, keduanya tidak memiliki hubungan langsung.
Cacing kremi adalah parasit berwarna putih yang biasanya hanya memiliki panjang kurang dari setengah inci.
Infeksi cacing kremi, juga dikenal sebagai enterobiasis, adalah jenis infeksi cacing usus manusia yang paling umum terjadi.
Penderita kremian umumnya adalah anak-anak usia lima hingga sepuluh tahun.
BACA JUGA:Hyundai Luncurkan Program Menarik dan Layanan Aftersales Komprehensif untuk Pelanggan di Palembang
Mitos ini mungkin muncul karena bentuk cacing kremi yang menyerupai parutan kelapa. Dilansir dari situs resmi kominfo, menurut dr. Marlyn Cecillia Malonda, SpA, informasi tentang hubungan antara parutan kelapa dan kremian hanyalah mitos.
Jika parutan kelapa bersih, mengonsumsinya tidak akan menyebabkan kremian.
Namun, jika parutan kelapa terkontaminasi oleh telur cacing kremi, maka kemungkinan dapat menyebabkan kremian pada seseorang.
Jadi, penting untuk memastikan kebersihan bahan makanan yang kita konsumsi agar terhindar dari infeksi cacing kremi.
Jadi sebenarnya apa yang bisa mengakibatkan infeksi cacing kremi, berikut penjelasan dan cara penanganannya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Gejala infeksi cacing kremi (enterobiasis) dapat bervariasi, tetapi yang paling umum adalah Gatal-gatal di Area Dubur. Ini adalah gejala paling khas.
Penderita akan merasakan gatal di sekitar anus, terutama pada malam hari. Gatal ini disebabkan oleh pergerakan cacing betina yang keluar dari anus untuk bertelur.
BACA JUGA:Telkomsel dan Crunchyroll Luncurkan Paket Bundling untuk Akses Anime Favorit