Dalam sebuah hadis dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Hajar Aswad turun dari surga, padahal batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam.”
Kemudian, Sebelum Nabi Muhammad diangkat sebagai Rasul, Beliau terkenal sebagai orang yang jujur dan mampu meredam pertikaian antar suku.
Ketika pembangunan Ka’bah hampir selesai, muncul perdebatan tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad.
Nabi Muhammad mengusulkan solusi: “Siapa pun yang datang paling awal ke tempat pembangunan, dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad.”
BACA JUGA:Mengungkap Warisan Mitanni: Bahasa Melayu dan Indonesia dari Zaman Mesopotamia!
BACA JUGA:5 Perumahan Mewah di Palembang dengan Fasilitas Kelas Atas
Keesokan harinya, Nabi sendiri yang datang paling pagi dan meletakkan Hajar Aswad, tetapi dengan rendah hati mengajak tokoh lain untuk turut serta.
Usai masa kenabian, Batu ini masih tetap berada diposisinya semula, namun Pada tahun 317 Hijriah (sekitar 930 Masehi), kelompok syiah bernama Qarmatian, yang dipimpin oleh Abu Tahir Al Qarmuthi, mencuri Hajar Aswad.
Mereka datang dari Bahrain menuju Makkah sebelum waktu pelaksanaan haji. Saat itu, Penduduk Makkah menolak kedatangan mereka, tetapi kelompok Qarmatian berpura-pura menunaikan haji agar bisa masuk ke Makkah.
Setelah berhasil mengambil alih Kota Makkah, mereka merampas harta di Ka’bah, termasuk Hajar Aswad.
Tak hanya itu saja, Kelompok Qarmatian juga sampai tega membantai jemaah haji dan penduduk Makkah, serta membuang ribuan mayat ke dalam sumur air suci Zamzam.
BACA JUGA:Krisis Kemanusiaan di Gaza: Pertama Kali dalam Sejarah, Israel Masuk Daftar Hitam PBB
Kemudian Abu Tahir memerintahkan Ja’far bin Ilaj untuk mengambil Hajar Aswad secara paksa. Dan setelah dinasti Qarmatian runtuh, Hajar Aswad dikembalikan ke tempat semula pada tahun 339 H.
Batu ini hilang selama 22 tahun sebelum akhirnya ditempatkan kembali di sudut Ka’bah.