SUMATERAEKSPRES.ID - PADA awal-awal operasi, Kemenhub RI memberikan subsidi LRT Sumsel sebesar Rp200-300 miliar per tahun. Seiring peningkatan penumpang dan perolehan pendapatan LRT, sejak tahun 2022 hingga kini nilai subsidi sekitar Rp160 miliar per tahun guna menutupi biaya listrik, operasional, dan perawatan yang mencapai Rp180 miliar per tahun.
Berkat subsidi ini pula, masyarakat bisa menikmati transportasi publik LRT yang nyaman dan murah. Bahkan sistem integrasi yang dibangun Kemenhub membuka keterjangkauan warga pinggiran kota bepergian atau berwisata dalam kota melalui feeder Musi Mas dan BRT Teman Bus/Trans Musi.
BACA JUGA:Normalisasi Membaca Buku di Tempat Umum, Klub Buku Palembang Praktikkan di LRT
BACA JUGA:Jangan Ganggu Operasional LRT, Zainul: Penyidik Pasti Sudah Kantongi Bukti Awal
Kebermanfaatan itu dirasakan betul oleh Ferry Ahmadi (40) ketika mau pergi ke Bandara SMB II Palembang untuk tugas luar kota.
Dari rumahnya di komplek Anggrek Residence Jl OPI 1, Kelurahan 15 Ulu, Ferry butuh waktu sekitar 41 menit naik mobil/motor ke bandara, dengan jarak tempuh 23 km.
“Itu jika jalanan lancar. Persoalannya sekarang, jalan protokol sering macet setiap waktu, mulai dari Jembatan Ampera, Simpang Charitas, Jl Jend Sudirman, Jl Kol H Burlian. Waktu tempuh sudah pasti lebih dari 1 jam.
Makanya saya sering khawatir lama di jalan, repotnya ketinggalan pesawat,” ujarnya.
Sekarang adanya LRT, Ferry memilih naik kereta cepat modern itu lantaran bebas macet, cepat, aman tanpa risiko di jalan. “Perjalanan saya dari stasiun terdekat, DJKA ke Stasiun Bandara itu sekitar 49 menit.
Jadwal keberangkatannya pasti, ada setiap 20 menit sekali dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam. Sebaliknya jika mau pulang dari bandara, tidak perlu lagi minta antar jemput keluarga,” terang karyawan perusahaan migas ini. Tarifnya kompetitif, lanjut Ferry, Rp10 ribu ke stasiun bandara.
Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre III Palembang, Aida Suryanti menambahkan selama 5 tahun LRT beroperasi sudah menggaet lebih dari 12 juta penumpang.
“Tarif masih sama seperti awal beroperasi, tiket tujuan non bandara Rp5 ribu dan tujuan bandara Rp10 ribu,” tutur Aida. Tak hanya terhubung angkot feeder, LRT terintegrasi layanan BRT Teman Bus/Trans Musi dan Damri.
“Makanya kami bersama BPKARSS bisa menjual tiket integrasi yang lebih murah di 12 stasiun kecuali Stasiun Bandara,” sebutnya.
Harapannya tiket integrasi ini mewujudkan konektivitas antar moda transportasi umum, memudahkan mobilitas masyarakat, serta mengajak kembali ke angkutan umum guna mengurangi beban jalan raya dan polusi udara.
“LRT Sumsel jadi daya tarik masyarakat lokal maupun pendatang (wisatawan). Stasiun dan rute perjalanan melintasi objek wisata dan ikon Kota Palembang, termasuk fasilitas publik dan pusat perbelanjaan. Ada Jembatan Ampera, Palembang Icon/Opi Mall, Bandara SMB II, RSUD Sumsel, dan sebagainya,” pungkas Aida.