JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa prospek perekonomian Indonesia dalam jangka pendek tetap terjaga stabil.
Hal ini ditandai dengan sejumlah perkembangan positif dalam indikator konsumsi dan produksi yang memberikan sinyal optimis bagi pertumbuhan ekonomi di Triwulan II.
Menurut data terbaru, Indeks Keyakinan Konsumen tetap tinggi, mencapai angka 127,7, menunjukkan optimisme masyarakat yang berkelanjutan.
Sementara itu, Mandiri Spending Index mencatat pertumbuhan konsumsi sebesar 52,0% (year-on-year), sementara Indeks Penjualan Riil juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,1% (year-on-year).
BACA JUGA:Bank Indonesia Catat Pertumbuhan Likuiditas Ekonomi Tetap Stabil pada April 2024
BACA JUGA:OJK Dorong UMKM Jadi Pilar Utama Ekonomi Nasional, Gelar Harvesting Gernas BBI dan BBWI di Sumsel
Dari sisi produksi, PMI Manufaktur Indonesia terus berkembang dengan mencatat ekspansi selama 32 bulan berturut-turut, mencapai 52,9 pada bulan April 2024.
Data juga menunjukkan adanya pemulihan pada konsumsi semen pasca Ramadan yang tumbuh sebesar 0,5% (year-on-year), serta pertumbuhan konsumsi listrik untuk bisnis dan industri masing-masing sebesar 8,9% dan 2,2% (year-on-year).
Pertumbuhan ekonomi yang stabil juga memberikan dampak positif pada penurunan tingkat pengangguran, yang kini berada di bawah level sebelum pandemi.
Data menunjukkan bahwa pada Februari 2024, tingkat pengangguran mencapai 4,82%, lebih rendah dibandingkan dengan periode Februari 2020 yang sebesar 4,94%. Penurunan ini didorong oleh tingginya penciptaan lapangan kerja.
BACA JUGA:UMKM dan Pariwisata Jadi Andalan Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Ini Harapan Ketua OJK RI!
Triwulan I 2024 menandai kebangkitan ekonomi Indonesia dengan pertumbuhan sebesar 5,11%. Pertumbuhan ini didominasi oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,91% dari sisi pengeluaran, serta sektor manufaktur yang tumbuh 4,13% dari sisi produksi.
Sementara itu, tekanan terhadap pasar keuangan domestik mulai mereda. Hingga 22 Mei, Rupiah menguat sebesar 1,38% month-to-date (mtd), meskipun mengalami pelemahan sebesar 3,94% year-to-date (ytd).
Yield SBN juga turun sebesar 33bps mtd, meskipun mengalami kenaikan sebesar 41bps ytd.