PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID - Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi mengungkapkan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Hal itu berdasarkan data peningkatan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun 2024 sebesar 5,11 persen, dibandingkan tahun lalu 5,04 persen. "Tanpa mengurangi kewaspadaan dan kehati-hatian, kami melihat pertumbuhan ekonomi saat ini sebagai sebuah optimisme bagi industri di Indonesia," kata Neneng.
Karena itu, menurut Neneng, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk tetap berfokus pada peningkatan ketahanan bisnis yang lebih efisien. Sehingga Indonesia bisa menjaga daya saing usaha dan tentunya daya beli konsumen.
Selain itu, kata dia, untuk dapat terus mendukung ketahanan dan kemajuan ekonomi nasional, peran teknologi dan digitalisasi juga menjadi semakin penting. "Perusahaan yang bertransformasi seiring dengan digitalisasi, tidak hanya perlu beradaptasi dengan dinamika pasar tapi juga meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional bisnis," jelasnya.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengatakan Indonesia tak bisa lepas dari dampak dinamika global. Kondisi ekonomi Indonesia saat ini ada di tengah-tengah konstelasi dunia. Suahasil memandang, apa yang terjadi di beberapa negara maju memang akan berdampak pada seluruh dunia, misalnya kebijakan bunga Amerika Serikat, resesi yang dialami Eropa, hingga perekonomian Tiongkok.
BACA JUGA:Ratu Dewa Dipuji sebagai Bapak Toleransi
BACA JUGA:Siap Awasi Pilkada
Namun, lanjut dia, ekonomi Indonesia berhasil menunjukkan resilien pada 2023 dan kuartal I 2024 bahkan mampu mendorong turun tingkat pengangguran terbuka (TPT) ke level sebelum Pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,11 persen di kuartal I 2024 dinilainya juga merupakan pertanda baik bahwa ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5 persen di sepanjang tahun ini.
"Kalau di pemerintah kita yakin tahun 2024 Indonesia akan tumbuh di atas 5 persen, dengan potensi di 5,2 persen. Kita harus menavigasi kondisi ekonomi dan geopolitik ini dengan melihat peluang di dalamnya. Sebab, kami yakin nanti akan muncul ruang-ruang bisnis baru yang tentu akan bisa diisi oleh pengusaha. Belum lagi jika itu semua kita pertemukan dengan fenomena digitalisasi," jelasnya.
Ia berpendapat bahwa digitalisasi akan menciptakan ruang-ruang pertumbuhan ekonomi baru, digitalisasi akan menciptakan ruang-ruang kegiatan ekonomi yang baru dan ini yang harus dicari terus ke depan.
Ekonom Senior, Chatib Basri mengungkapkan sejumlah tantangan utama yang dihadapi semua negara di dunia termasuk Indonesia dalam kondisi perekonomian secara global saat ini. Pertama adalah mengenai likuiditas yang ketat.
"Sebelumnya ada ekspektasi bahwa tingkat bunga bisa diturunkan, tetapi dengan perkembangan terakhir justru mengindikasikan bahwa kita akan berhadapan dengan situasi suku bunga yang mungkin bukan hanya tinggi, tetapi juga berlangsung untuk periode waktu yang lama," jelasnya.
BACA JUGA:Dukung Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tepat Sasaran
BACA JUGA:Refleksi Dari Jejak Ajaran Budha di Bumi Sriwijaya
Kedua, lanjut dia, adalah perlambatan ekonomi yang dialami Tiongkok. Menurutnya, hal tersebut dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia, salah satunya karena bisnis ekspor nikel.
"Apa impact-nya ke Indonesia? Karena ekspor kita baik itu nikel, baik itu stainless steel, komoditas yang besar-besar itu targetnya adalah Tiongkok. Jadi kalau Tiongkok sedang slow down, kita juga pasti akan kena. Ekonomi Tiongkok sebelumnya mampu tumbuh hingga dua digit, kini hanya mampu tumbuh di level 5,2 persen pada 2023. Untuk setiap 1 persen penurunan ekonomi Tiongkok memberikan dampak terhadap ekonomi Indonesia yang ikut turun sebesar 0,3 persen," jelasnya.