SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Aksi nekat sejumlah pelajar SD di Desa Sosokan, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, Provinsi Sumsel ini patut diacungi jempol. Mereka menantang bahaya demi bisa sampai ke sekolah. Dengan menyeberangi jembatan gantung yang rusak pascaditerjang banjir awal 2024 lalu.
Mereka dengan berani meniti kawat seling sebesar lengan tangan. Berjalan selangkah demi selangkah dari tebing satu ke tebing seberang sungai. Hal ini harus dilakoni saat pergi dan pulang sekolah.
Umar, wali murid asal Desa Sosokan mengungkapkan, anak-anak mereka terpaksa nekat, pergi dan pulang sekolah melewati jembatan gantung yang rusak.
"Ada ponton dari papan dan drum untuk menyeberangi sungai. Tapi kalau air deras, ponton itu tidak bisa dipakai karena takut hanyut. Kalau pakai perahu, harus bayar," bebernya.
BACA JUGA:Halo Pak Bupati Muratara, Warga Kesulitan Ekonomi dan Aktivitas Pasca Jembatan Putus!
Ditambahkannya, banyak anak-anak sekolah lewat jembatan gantung yang rusak itu. “Sebenarnya sering dilarang, tapi tetap saja. Khawatir terpeleset, jatuh ke sungai, bahaya. Aliran Sungai Rawas deras," ujarnya.
Untuk itu, dia dan warga desa berharap agar jembatan gantung itu bisa segera diperbaiki. Camat Rawas Ulu, Darmawan membenarkan, rusaknya jembatan gantung di Desa Sossokan. Tapi sebenarnya untuk menyeberangi sungai sudah disediakan ponton yang terbuat dari drum.
"Tapi anak-anak pelajar memang sering lewat jembatan itu dengan cara memanjat," katanya. Darmawan mengatakan, Bupati Muratara sudah melaporkan kerusakan jembatan itu ke pemerintah pusat.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat, semua jembatan yang rusak dan putus di wilayah Ulu Rawas dapat segera diperbaiki," beber dia. Menurutnya, jembatan yang rusak dan putus di Ulu Rawas totalnya ada enam. Selain di Desa Sosokan, juga Muara Kuis, Muara Kulam, jembatan Sungai Jeruh dan Senawar.
BACA JUGA:Dampak Tragis Banjir di Muratara: Jembatan Putus, Rumah Hanyut, Korban Jiwa Meningkat
BACA JUGA:Heboh! Wabup Muratara Dimarahi Pengacara Lokal Saat Salurkan Bantuan Banjir, Ada Apa?
Sementara, pascabanjir yang melanda sebagian wilayah Kabupaten OKU, pemda melakukan update data warga terdampak. Mulai dari daerah ulu seperti Kecamatan Baturaja Barat dan Baturaja Timur.
Kemudian wilayah ilir seperti Kecamatan Peninjauan, Lubuk Batang, dan Kedaton Peninjauan Raya. Untuk warga yang terdampak banjir di Kecamatan KPR tersebar pada 6 desa yakni 541 KK di Desa Bunglai, 800 KK di Kedaton, 30 KK di Rantau Panjang, 60 KK di Kampai, 35 KK di Lubuk Kemiling, dan 450 KK di Sukapindah.
"Dalam 1 rumah bisa ada 2 KK," ujar Kalaksa BPBD OKU, Yanuar Efendi. Untuk rumah yang terdampak pada 6 desa tersebut sekitar 1.500 rumah. Sementara, warga yang terdampak banjir di Kecamatan Peninjauan ada 250 KK di Desa Saung Naga, 90 KK di Desa Lubuk Rukam, 120 KK di Desa Kedondong, 610 KK di Desa Kepayang, 90 KK di Desa Mendala, 160 KK di Desa Belimbing, dan 60 KK di Desa Durian.