MUARADUA, SUMATERAEKSPRES.ID – Ulat grayak frugiperda (UGF) kini banyak menyerang tanaman jagung di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua, OKU Selatan. Dari luas lahan sekitar 2 hektare ditemukan organisme pengganggu tanaman (OPT) berupa UGF dengan intensitas serangan 4,1 persen.
Tanaman jagung tersebut berumur 32 hingga 58 hari setelah tanam (hst) dengan varietas yang ditaman pioneer 32. Serangan UGF ini merupakan hasil monitoring Lisna Wati SP, petugas PPEP POPT.
BACA JUGA:Dibantu Benih Jagung, Cukup Untuk 30 Hektare
BACA JUGA:Menyerang di Malam Hari, Siang Bersembunyi, Aktivitas Hama UGF pada Tanaman Jagung
‘’Kita lakukan monitoring terhadap lahan jagung milik warga di Desa Pelangki. Hama ini menyerang lahan seluas 0,30 hektare,’’ ujar Lisna.
Ulat grayak frugiperda atau dalam bahasa latinnya Spodoptera frugiperda bisa mengakibatkan kerusakan mulai dari bunga, daun, batang dan tongkol, hingga merusak titik pertumbuhan.
Serangan UGF bisa menyebabkan gagal pembentukan pucuk daun. ‘’Gejala serangan UGF terlihat pada bagian daun muda menggulung terdapat lubang-lubang bekas gigitan dan adanya kotoran seperti serbuk gergaji,’’ katanya.
Untuk pengendalian hama tersebut, lanjutnya, petani diminta melakukan secara mekanis dengan mengumpulkan kelompok telur dan larva UGF yang ditemukan.
‘’Bisa juga melakukan pemasangan perangkap cahaya (light trap) untuk mendeteksi keberadaan ngengat,’’ ujarnya,
Selain itu, petani bisa menggunakan insektisida nabati dari esktra daun nimba dengan menggunakan APH Beauveria bassiana. ‘’Jika luas dan intensitas serangan meningkat melewati ambang ekonomi, kendalikan dengan insektisida kimia berbahan aktif Emamektin benzoate,’’ katanya.
Lisna juga meminta petani tetap melakukan pemupukan berimbang dan sanitasi gulma. ‘’Petani juga tetap kita minta melakukan monitoring lanjutan untuk memantau perkembangan OPT,’’ katanya.
BACA JUGA:Penggerek Tongkol Serang Tanaman Jagung
BACA JUGA:Bantu Bibit Gratis untuk Petani, Padi dan Jagung Masing-Masing Dijatah 2 Juta Hektare
Sekadar informasi, UGF ini tergolong hama baru karena pertama kali ditemukan di Indonesia pada awal 2019 di daerah Sumatera.
Hama ini berasal dari wilayah Amerika Serikat hingga Argentina. Persebaran hama ini sangat cepat dan serangannya bisa menyebabkan banyak petani jagung mengalami gagal panen. (sms/)