Integrasi Moda Tekan Kemacetan dan Polusi, LRT-Feeder Musi Mas Wujudkan GNKAU

Minggu 14 Apr 2024 - 19:39 WIB
Reporter : Rendi
Editor : Edi Sumeks

Pengawas Operasional Feeder LRT BPKARSS, Bela Sintia menambahkan sehari angkot feeder LRT Musi Mas mengangkut lebih dari seribu penumpang per hari per koridor. “Angkutan yang kita handel langsung sebanyak 25 unit, beroperasi di 5 koridor selama 16 jam sehari. Ongkosnya kita gratiskan ke penumpang, sebab sopirnya sudah digaji Balai Kereta Api,” tuturnya.

Kemenhub sengaja memfasilitasi angkutan pengumpan ini untuk menunjang operasional LRT Sumsel sebagai moda transportasi utama, sekaligus menggalakan Gerakan Nasional Kembali ke Angkutan Umum (GNKAU) bagi masyarakat. Dengan begitu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menekan kemacetan lalu lintas, hingga polusi udara. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di Kota Palembang pada tahun 2022 sebanyak 145.035 unit mobil penumpang, 737 unit bus, 21.971 unit truk, dan 382.685 unit sepeda motor. Sayangnya tren penggunaannya masih meningkat setiap tahun, seiring bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, misalnya tahun 2020 tercatat 134.715 unit mobil penumpang dan 377.259 unit sepeda motor. 

BACA JUGA:Populerkan LRT Lewat Kompetisi Mobile Legends, Ajak Generasi Milenial Naik Angkutan Umum

BACA JUGA:Dispustaka Apresiasi UT Gelar Kelas Literasi Bahasa Isyarat, Bangun Pojok Baca di Bandara-Stasiun LRT

Sementara jika satu motor mengkonsumsi 1 liter BBM setiap hari dan menghasilkan 2,5 kilogram emisi, maka total pencemaran udara dari emisi karbon sepeda motor saja di Kota Palembang ditaksir mencapai 956.712,5 kilogram per hari. Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menegaskan peningkatan layanan angkutan massal sebagai wujud nyata implementasi GNKAU. “GNKAU merupakan bagian dari  upaya Pemerintah mengembangkan angkutan umum berbasis jalan dan rel di kawasan perkotaan. Kota Palembang menjadi salah satu kota yang memiliki fasilitas angkutan massal yang lengkap, mulai dari bus, LRT, angkot, sampai angkutan sungai dan danau saling terhubung,” ujarnya. 

Diakuinya, integrasi antarmoda adalah suatu keharusan dan ini perlu sinergi semua pihak baik Pemda, akademisi, perbankan, masyarakat. Khususnya dalam rangka mengoptimalkan keberadaan LRT Sumsel. “Mari kita kembali ke angkutan umum karena ini memberikan kebaikan untuk kita semua. Tidak macet, tidak capek berkendara, biaya lebih murah, dan lingkungan kita lebih bersih,” bebernya.

Namun tantangan ke depan, bagaimana meningkatkan awareness (kesadaran) masyarakat menggunakan angkutan umum secara berkelanjutan. Mengingat data terakhir BPS, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menggunakan kendaraan bermotor umum masih minim sekali. Di Provinsi Sumsel, pada tahun 2017 hanya 3,76 persen dan 2020 sebesar 3,85 persen. 

Bertambahnya kepemilikan kendaraan pribadi di masyarakat perkotaan maupun pedesaan salah satu pemicunya. Walau sebenarnya di negara maju pun kepemilikan kendaraan bertambah, tapi penggunaan kendaraan umum tetap mayoritas. Ternyata kuncinya, transportasi umum populer di beberapa negara maju lantaran biaya/ongkos yang murah, cepat sampai, menjangkau sampai pelosok kota, jaringan kereta api dan jalan terintegrasi serta terhubung dengan berbagai moda transportasi umum.  

BACA JUGA:Fakta Menarik LRT Sumsel, Ternyata Segini Uang yang dihabiskan untuk Membangunnya

BACA JUGA:Pacu Okupansi LRT lewat Cosplay

Dan kehadiran LRT Sumsel mengawali manajemen transportasi umum yang baik itu di Provinsi Sumsel, khususnya Kota Palembang. Tinggal mengoptimalkan integrasi angkutan serta memperbanyak sarana prasana pendukung, seperti feeder LRT yang menjangkau semua wilayah secara merata. “LRT ini harus banyak angkutan feeder-nya. Sejauh ini kolaborasi antara Kemenhub dengan Pemerintah Kota Palembang menyediakan angkutan feeder sudah cukup baik. Ke depan kita akan menggandeng pihak swasta,” tandas Budi Karya. (fad)

 

Kategori :