Penyakit Ngorok Serang Ternak Kerbau

Sabtu 06 Apr 2024 - 19:47 WIB
Reporter : Dudun
Editor : Dede Sumeks

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Kasus kematian puluhan ekor kerbau di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) disinyalir akibat terjangkit penyakit sapi ngorok.  

Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Sumsel, Dr Drh Jafrizal MM mengemukakan bahasa latinnya penyakit ngorok Septicaemia Epizootica adalah suatu penyakit menular yang disebabkan bakteri pasturella multocida Serotype 6B yang menyerang ternak seperti kerbau, sapi, babi, kambing, biri-biri, rusa dan kuda di Indonesia. "Penyakit ini juga menjangkiti hewan di Provinsi Sumsel," ujarnya.

BACA JUGA:Terungkap! Ini Penyebab Kematian Misterius Kerbau di OKI

BACA JUGA:19 Ekor Kerbau Mati Terserang Virus SE, Akibat Kerbau Belum Di Vaksin

Menurut Jafrizal, penyakit tersebut bukan virus, tapi bakteri namun sangat menular. Penyakit ini memang endemik di Indonesia termasuk di Sumsel.

Secara normal bakteri pasteurella multocida merupakan penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas dan bila terjadi gangguan keseimbangan fisiologis hewan ternak, agens penyakit dan lingkungan maka bakteri akan  menjadi ganas sehingga menimbulkan penyakit Septicaemia Epizootica. 

Penyakit ini, sambungnya, banyak terjadi pada waktu musim hujan. Gejala klinis hewan yang terinfeksi seperti demam tinggi, lesu, hipersalivasi, batuk dan suara mendengkur yang kadang sering sulit dibedakan dengan penyakit lain.

"Tanda-tanda yang khas adalah adanya oedema di bawah jaringan kulit pada daerah pharynx, leher, dada bagian bawah sampai di antara kedua kaki depan," jelasnya.

Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit septicaemia Epizootica dijalankan berdasarkan tindakan pengawasan lalu lintas, biosekurity dan  immunisatorik dengan vaksinasi.

“Vaksinasi menjadi langkah yang antisipatif yang paling efektif akan tetapi disetiap daerah masih menghadapi berbagai kendala dalam pelaksanaannya,” lanjutnya.   

BACA JUGA:Agar tak Gagal Paham, Ini Perbedaan Daging Sapi dan Kerbau

BACA JUGA:Virus Ini Bikin Puluhan Kerbau Mati Mendadak di Muratara

Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan streptomisin sebanyak 10 mg secara IM atau kioromisitin, terramisin, dan aureumisin sebanyak 4 mg tiap kg berat badan secara IM.

Preparat sulfa seperti sulfametasin 1 gram tiap 7,5 kg berat badan dapat membantu penyembuhan penyakit. Ingat untuk penggunaan obat terapeutik harus dilakukan atau di bawah pengawasan dokter hewan. (iol/fad/)

 

Kategori :