SUMATERAEKSPRES.ID - Bulan Ramadan yang penuh berkah sudah berada di penghujung waktu. Setiap muslim tentu harus tetap optimal beramal saleh agar meraih sukses pada bulan Ramadan ini. Berdasarkan nas-nas syariah, sukses Ramadan bagi seorang muslim bisa dilihat dalam beberapa aspek sebagai berikut.
Pertama, sukses meraih ampunan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya "Sungguh rugi seseorang yang bertemu dengan Ramadan, lalu Ramadan berlalu darinya sebelum dosa-dosanya diampuni. Sungguh rugi seseorang yang mendapati orang tuanya dalam keadaan renta, tapi keduanya tidak (menjadi sebab yang) memasukkan dia ke dalam surga (HR. Tirmidzi, Ahmad Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim).
Kedua, sukses meraih kebaikan lailatul qadar. Rasulullah SAW bersabda yang artinya "Sungguh bulan (Ramadan) ini telah datang kepada kalian. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang tidak mendapatkan (kebaikan)-nya maka dia tidak mendapat kebaikan seluruhnya. Tidak ada yang diharamkan dari kebaikannya kecuali orang yang bernasib buruk (HR. Ibnu Majah).
Ketiga, sukses meraih secara maksimal, keutamaan pahala amal shalih yang dilipatgandakan seperti yang Allah SWT janjikan dalam hadits qudsi. Allah SWT berfirman "Tidaklah hamba-Ku bertaqaru kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang Aku fardhukan atas dirinya. Dalam sebuah hadits disebutkan hamba-Ku terus bertaqarrub kepada-Ku dengan amal-amal nawafil hingga Aku mencintai dirinya (HR al-Bukhari, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).
BACA JUGA:Pegadaian Gelar Safari Ramadhan BUMN 2024 dan Kegiatan Sosial untuk Peringati HUT ke-12
BACA JUGA:Rangkaian Safari Ramadhan 1445 H, Pertamina EP Ramba Field Salurkan Ratusan Paket Sembako
Keempat, sukses dalam merealisasi hikmah pensyariatan shaum, yakni mewujudkan ketakwaan, sebagaimana firman-Nya dalam QS 2:183 yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa”.
Kunci sukses itu bisa ditempuh diantaranya melalui dua pendekatan sebagai berikut. Pertama, meninggalkan segala perkara yang haram atau sia-sia. Rasulullah SAW bersabda "Puasa itu perisai. Karena itu janganlah seseorang berkata keji dan jahil. Jika ada seseorang yang menyerang atau mencaci, katakanlah ‘Sungguh aku sedang berpuasa’ sebanyak dua kali. Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, bau mulut orang berpuasa lebih baik di sisi Allah SWT ketimbang wangi kesturi; ia meninggalkan makanannya, minumannya dan syahwatnya demi Diri-Ku. Puasa itu milik-Ku. Akulah Yang langsung akan membalasnya. Kebaikan (selama bulan puasa) dilipatgandakan sepuluh kali dari yang semisalnya (HR al-Bukhari). Kedua, menunaikan perkara-perkara wajib maupun sunnah.
Rasul SAW bersabda "Siapa saja yang berpuasa Ramadan dan menghidupkan Ramadan dengan dilandasi keimanan dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. Siapa saja yang menghidupkan Lailatul Qadar dengan dilandasi keimanan dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu" (HR at-Tirmidzi).
Dengan melaksanakan shaum di bulan Ramadan ini tentu Allah berharap hamba Nya menjadi orang bertaqwa. Dalam mewujudkan taqwa ini, bisa dimaknai sebagai kesadaran bakal dan jiwa serta pemahaman syar'i atas kewajiban mengambil halal dan haram sebagai standar bagi seluruh aktivitas yang diwujudkan secara praktis di dalam kehidupan. Menurut Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi, makna firman Allah SWT "la'allakumtattaqun" yakni agar dengan puasa itu Allah mempersiapkan kalian untuk meraih takwa, yaitu melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya (Al Jazairi, Aysar at-Tafasir, I/80).
BACA JUGA:Keberkahan Ramadhan di Balik Jeruji Besi
BACA JUGA:Abuya Umar Abdul Aziz Menyampaikan Pesan Khusus Menjelang Berakhirnya Ramadhan
Hal senada dinyatakan oleh Imam an-Nawawi di dalam Syarh Muslim. Selain menjadi hikmah shaum yang mesti diraih oleh setiap individu Muslim, takwa juga harus terwujud di dalam keluarga dan masyarakat. Kunci mewujudkan ketakwaan individu, keluarga maupun masyarakat tidak lain dengan menerapkan syariah Islam secara formal dan menyeluruh (kaffah).
Penerapan syariah Islam secara formal dan menyeluruh menjadi kunci mewujudkan keimanan dan ketakwaan penduduk negeri. Penduduk negeri yang beriman dan bertakwa adalah mereka yang secara bersama-sama melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya.
Mereka secara bersama-sama menjadikan hukum-hukum Allah, yakni syariah Islam, untuk mengatur kehidupan mereka. Dalam pandangan Islam, penerapan syariah secara formal dan menyeluruh jelas memerlukan institusi negara. Negara lah pihak yang menerapkan syariah secara formal dan menyeluruh di bawah pimpinan seorang imam atau khalifah yang dibaiat oleh umat. Keberadaan imam/khalifah yang dibaiat oleh umat ini merupakan perkara wajib berdasarkan sabda. Rasul saw. "Siapa saja yang mati, sementara di lehernya tidak ada baiat (kepada Khalifah/Imam), maka matinya adalah mati jahiliah" (HR Muslim).