Puasa dan Al-Quran

Minggu 31 Mar 2024 - 21:15 WIB
Reporter : Martha
Editor : Edi Sumeks

Pintu-pintu surga dibuka karena manusia berbondong-bondong melaksanakan ketaatan, ibadah, dan taubat, sehingga jumlah pelakunya banyak. Setan-setan dibelenggu, karena manusia beralih kepada kebaikan, sehingga setan tidak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari dan malam-malam Ramadan merupakan masa-masa kemuliaan yang diberikan Allah SWT. Agar orang-orang yang berbuat baik menambah kebaikannya dan orang-orang yang berbuat jahat bertaubat dan mohon ampun kepada-Nya.

Ada ikatan hakikat dan fisik antara turunnya Al-Quran dengan Ramadan. Ikatan ini adalah selain Allah SWT menurunkan Al-Quran di bulan Ramadan, maka di bulan ini pula Allah SWT mewajibkan puasa. Karena puasa artinya menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat. Ini merupakan kemenangan hakikat spirutual atas hakikat materi dalam diri manusia. Ini berarti jiwa, ruh, dan pemikiran manusia pada bulan Ramadan akan menghindari tuntutan-tuntutan jasmani. 

BACA JUGA:Berkah Ramadan, SPO Group Gelontorkan 2.000 Paket Sembako, Ini Penerimanya

BACA JUGA:Tiga Golongan Umat Islam Sambut Ramadan

Dalam kondisi seperti ini, ruh manusia berada di puncak kejernihannya, karena ia tidak disibukkan oleh syahwat dan hawa nafsu. Ketika itu ia dalam keadaan paling siap untuk memahami dan menerima ilmu dari Allah SWT. Karena itu, bagi Allah SWT, membaca Al-Quran merupakan ibadah paling utama pada bulan Ramadan yang mulia.

Sedikitnya ada empat kewajiban kita terhadap Al-Quran. Pertama, hendaknya kita memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT, yaitu Al-Quran. System sosial apapun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan Al-Quran pasti bakal menuai kegagalan. Banyak orang yang mengatasi problema ekonomi dengan terapi tambal sulam. Sementara Al-Quran telah menggariskan aturan zakat, mengharamkan riba, mewajibkan kerja, melarang pemborosan, sekaligus menanamkan kasih sayang antarsesama manusia.

Kedua, kita wajib menjadikan Al-Quran sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus mendengarkannya, membacanya, dan menghafalnya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT. melalui Al-Quran. Dengarkanlah Al-Quran agar kita mendapat rahmat Allah SWT.

 “Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” (QS Al-A’raf: 204). Hendaknya kita membaca Al-Quran secara rutin, meskipun sedikit. Sunnah mengajarkan kita agar mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari satu hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil Al-Quran dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Quran sebagai sesuatu yang ditinggalkan.

” Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan berlipat sepuluh kali. Aku tidak katakan alif lam mim itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR Tirmidzi). Kita pun harus berupaya untuk menghafal Al-Quran agar tidak diidentikkan dengan rumah kumuh yang hampir roboh. “Orang yang tidak punya hafalan Al-Quran sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang hampir roboh” (HR Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas).

BACA JUGA:Wah Mantap Nih, Lapas Kelas IIB Martapura Isi Kegiatan Ramadan, Ajak WBP Khatam 30 Juz dalam Sehari

BACA JUGA:Semarak Ramadan, BNI dan UNAIR Berkolaborasi Bagi 1.000 Paket Sembako

Ketiga, hendaknya kita merenung dan meresapinya. Jika hati kita belum dapat konsentrasi sampai pada tingkat menghayatinya, hendaklah kita berusaha untuk menghayatinya. Jangan sampai syetan memalingkan kita dari keindahan perenungan sehingga kita tidak dapat mereguk kenikmatan darinya. Allah SWT. menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan untuk ditadabburi ayat-ayatnya dan dipahami maknanya. “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS Shaad: 29).

Ali bin Abi Thalib Ra. berkata, “Ketahuilah tidak ada kebaikan dalam ibadah kecuali dengan ilmu, tidak ada kebaikan dalam ilmu kecuali dengan pemahaman, dan tidak ada kebaikan dalam membaca Al-Quran kecuali dengan tadabbur.”

Keempat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya lalu  mendakwahkannya kepada orang lain. Inilah tujuan utama diturunkannya Al-Quran. “Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat” (QS Al-An’am: 155). 

Hukum-hukum Al-Quran menurut yang saya pahami terbagi menjadi dua. Pertama, hukum-hukum yang berkaitan dengan individu, seperti shalat, puasa, zakat, haji, taubat, dan hal-hak yang berkaitan dengan akhlaq Islam, seperti jujur, adil, komitmen kepada kebenaran, dan sebagainya. Kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat atau penguasa. Ini adalah kewajiban negara, misalkan menegakkan hudud (sanksi hukum) dan masalah-masalah yang merupakan tugas negara dalam Islam. 

Setiap Muslim harus berupaya untuk mengamalkan hukum-hukum yang bersifat individu, baik yang berupa ibadah maupun menerapkan nilai-nilai akhlaqul karimah. Jika nilai-nilai Al-Quran telah tegak di hati setiap Muslim, maka ia akan tegak di muka bumi. Mumpung saat ini kita berada di bulan Ramadan, marilah kita membaca Al-Quran, menghafal dan mentadabburi ayat-ayatnya, memahami maknanya, mengamalkannya, lalu mendakwahkannya kepada umat manusia. Ketika jiwa manusia kering, Al-Quran akan menyejukkannya. Ketika pikiran manusia kacau, Al-Quran akan menenteramkannya. Wallahu a’lam bishshawab. (*)

Kategori :