Di dunia Islam, daun Bidara digunakan ketika memandikan jenazah. Selain daun dan buah, biji, kulit kayu, dan akar Bidara juga memiliki khasiat obat terutama untuk membantu pencernaan dan sebagai obat luka luar.
Di Jawa, kulit kayu Bidara digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan, sementara di Malaysia, kulit kayu yang dihaluskan digunakan sebagai obat sakit perut. Kulit akarnya, yang dicampur dengan sedikit pucuk, pulasari, dan bawang putih, dapat diminum untuk mengatasi masalah kencing yang nyeri dan berdarah.
Kayu Bidara memiliki berbagai kegunaan. Kayunya berwarna merah kecokelatan, memiliki tekstur halus, keras, dan tahan lama. Kayu ini sering digunakan untuk membuat barang bubutan, peralatan rumah tangga, dan berbagai perkakas lainnya.
Di Bali, kayu Bidara dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang kayu lainnya. Berat jenis kayu Bidara berkisar antara 0,54 hingga 1,08, dan kayu ini cocok untuk konstruksi, furnitur, almari, peti pengemas, venir, dan kayu lapis.
Selain itu, Bidara juga menghasilkan kayu bakar berkualitas tinggi, dengan nilai kalori mencapai 4.900 kkal/kg. Kayu ini juga sangat baik untuk dijadikan arang. Ranting-ranting Bidara yang menjuntai mudah dipangkas dan digunakan sebagai kayu bakar.
Kulit kayu dan buah Bidara juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Kedua bahan ini menghasilkan tanin dan pewarna cokelat kemerahan atau keabuan ketika direndam dalam air. Di India, pohon Bidara bahkan digunakan dalam pemeliharaan kutu lak, dengan ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran kutu lak dipanen untuk menghasilkan sirlak (shellac).