Berfokus pada puyeng kilat kemarau ini Beliau memiliki tiga Putri nan cantik jelita bernama Tas-limah, Tas-syak-iyah dan Sak-Ayu.
Nah, dari ketiga Putri tak haji yang tercantik adalah Sak Ayu putrinya nan cantik jelita inilah yang paling sering turun ke sawah dan saat panen banyak memperoleh hasil.
Tapi saat beranjak dewasa Sak ayu jarang diajak ke sawah maka kenyataan yang terjadi adalah hasil panen menurun.
Hal tersebut terasa janggal dan menjadi perhatian orang tua dan masyarakat sekitar.
Ibu dari ketiga Putri tersebut bernama Mahesa binti Madaru pernah bermimpi bahwa salah satu anaknya memiliki Tuah padi dan mimpi itupun diceritakan pada puyang Depati.
BACA JUGA:Ahli: 'Kretek-kretek' Leher dan Jari Bukanlah Kebiasaan Baik, Ini Alasannya!
BACA JUGA:Ciwi-Ciwi Wajib Tau! 4 Produk Kosmetik Ini Mengandung Zat Pemicu Kanker, Apa Saja Mereknya?
Kemudian puyang Depati memohon petunjuk dari Sang Kuasa agar mendapat pencerahan.
Tak lama dari itu diyakini puyang Depati mendapatkan pencerahan dari Sang kholik bahwasannya Sak Ayu putri dari puyang kilat kemarau.
Ternyata memang benar mempunyai Tuah padi atau keberuntungan dalam hal berladang atau bersawah. Sejak saat itu masyarakat percaya bahwa kalau ingin panen berhasil, mereka harus mengajak Saayu turun ke sawah.
Untuk menurunkan bibit dan minta didoakan agar bibit yang ditanam terhindar dari penyakit dan berbuah banyak.
Itu pun memang benar adanya akhirnya tersebarlah ke seantero dusun dan sampai sekarang Masyarakat masih mempercayai Tuah Padi ini, seluruh areal persawahan Pang Sako setiap tahunnya berhasil panen dengan berlimpah ruah.
Masyarakat banyak berterima kasih pada Sak Ayu, masyarakat merasakan manfaatnya maka areal persawahan pangsako digelari masyarakat dengan istilah semangat Padi Putri Sak Ayu.
BACA JUGA:MPM Pimpinan Daerah Muhammadiyah Palembang Panen Perdana Kebun Hidroponik
Lama-kelamaan areal ini terus berkembang dan mulai didirikan Perumahan disekitar pinggiran sungai Musi, mulai dari sekitar area terusan simpit sampai ke arah hulunya.
Singkat cerita pada tahun 1745 masehi, masyarakat mulai membangun perkampungan dan pertanian dan kedua Dusun terdahulu diganti namanya oleh puyang Depati menjadi Sak ayu atau Sekayu.