SUMATERAEKSPRES.ID - Sebagai provinsi lumbung pangan, tentu saja salah satu keunggulan Sumsel adalah di bidang produktivitas padi. Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel Dr Drs Agus Fatoni MSi menyebut, produksi padi Sumsel tertinggi di Sumatera.
“Secara nasional tertinggi ke-4 setelah Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur,” ungkap Fatoni dalam wawancara di Griya Agung Palembang, Sabtu (2/3).
BACA JUGA:Terus Dukung Kemajuan Pertanian
Setelah sehari sebelumnya, Fatoni mendampingi Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman kunjungan kerja (kunker) ke Desa Sumber Hidup, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin.
Menurutnya, Pemprov Sumsel terus berupaya menjadikan daerah ini sebagai penyumbang pangan nasional, melalui berbagai terobosan. Salah satunya melalui upaya peningkatan produksi padi.
Fatoni menguraikan, produksi Gabah Kering Giling (GKG) pada 2023 mencapai 56,19 ku/ha, mengalami peningkatan sebesar 2,13 ku/ha (3,94%) dibanding 2022.
Dengan peningkatan provitas padi tersebut, produksi gabah di Sumsel sepanjang 2023 mencapai 2.832,77 ribu ton GKG, atau mengalami peningkatan sebanyak 57,70 ribu ton GKG (2,08 persen) dibandingkan 2022 yang hanya 2.775,07 ribu ton GKG.
“Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 505,39 ribu ton GKG,” ungkapnya.
Sedangkan untuk produksi beras di Provinsi Sumsel sepanjang Januari hingga Desember 2023 yaitu 1.626,74 juta ton. Mengalami peningkatan 33,14 ribu ton (2,08 persen) dibandingkan 2022 yang hanya 1.593,60 ton.
“Produksi beras juga tertinggi terjadi pada bulan Maret 2023 yaitu sebesar 290,22 ribu ton,” imbuhnya. Angka-angka capaian itu sesuai rilis resmi yang disampaikan Kepala BPS Provinsi Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, Jumat (1/3) lalu.
Upaya Sumsel meningkatkan produksi padi dan beras didukung penuh Mentan RI, H Andi Amran Sulaiman. Lewat program optimalisasi rawa. "Sekitar 100.000 hektare (lahan rawa) di Sumsel akan kita jadikan pertanian modern," beber Amran.
Caranya, dengan menjadikan rawa sebagai lahan pertanian modern. Nantinya, para petani akan menggunakan varietas unggul baru (VUB) padi yang adaptif, dipadukan dengan mekanisasi pertanian.
"Produktivitas lahannya semula hanya 5 ton/ hektare setelah optimalisasi menjadi 10 ton per hektare," ungkap Amran. Kemudian, untuk biayanya juga turun hingga 50 - 60 persen, karena sudah menggunakan full mekanisasi.
Untuk rawa yang indek pertanamannya masih rendah akan ditingkatkan dari satu kali tanam menjadi tiga kali dalam setahun. Dengan begitu, ada tambahan produksi beras sebesar 1 - 2 juta ton, khusus dari Sumsel saja.