PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Puncak perayaan Cap Go Meh yang digelar di Pulo Kemaro, Kamis (22/2) malam berjalan sukses dan meriah. Hal ini terlihat dari ribuan warga yang datang untuk berwisata maupun juga yang melaksanakan ibadah.
Sejak Kamis (22/2) pagi hingga malam, pengunjung terus datang ke Pulo Kemaro. Baik yang melalui jalur darat dengan menyeberang Jembatan Ponton ataupun melalui jalur Sungai Musi yang menggunakan ketek, jukung maupun speed boat.
Tidak hanya orang dewasa dan lansia saja yang datang ke Pulo Kemaro, bahkan juga anak-anak dan balita juga turut meramaikan perayaan Cap Go Meh yang sekaligus juga menjadi pertanda berakhirnya perayaan Tahun Baru Imlek 2575 BE.
Bukan hanya itu, untuk memanjakan pengunjung yang ada di Pulo Kemaro tersebut, pihak panitia serta pengurus juga menyiapkan berbagai atraksi hiburan dan kuliner khas Palembang atau Nusantara tersebut.
BACA JUGA:Keramaian Cap Go Meh di Pulau Kemaro Jadi Magnet Kawanan Pencopet, Apes 3 Orang Tertangkap Tangan
Di samping itu, tidak sedikit juga warga yang menikmati suasana Pulo Kemaro tersebut, dengan mengabadikannya sambil berfoto di area Pulo Kemaro yang dihiasi cahaya dari ribuan lampion, yang terpasang sejak awal di dermaga hingga keseluruhan kawasan di Pulo Kemaro tersebut.
Menjelang malam, warga dan umat Tridharma yang datang ke Pulo Kemaro semakin ramai. Mereka juga membawa persembahan untuk leluhur dan para dewa yang bersemayam di kelenteng yang ada di Pulo Kemaro tadi.
Menjelang tengah malam atau sekitar pukul 23.00 wib, para pengurus dan panitia Cap Go Meh menggelar ritual persembahyangan ke Tuhan, para dewa dan leluhur. Sembari dipimpin tokoh agama Tridharma, puluhan panitia ini dengan khusyuk menjalani setiap rangkaian sembahyang tersebut. Kemudian tepat tengah malam, panitia dan pengurus Kelenteng Hok Tjing Bio menyembelih satu ekor kambing hitam sebagai persembahan ke Tuhan, Dewa dan leluhur atas nikmat jua keberkahan yang didapatkan selama satu tahun sebelumnya.
Bahkan tidak lama setelah penyembelihan seekor kambing hitam, dilanjutkan dengan menyembelih beberapa ekor kambing lain di luar area Kelenteng Hok Tjing Bio. Momen ini menjadi waktu-waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh warga keturuna Tionghoa yang beragama Tridharma untuk berbondong-bondong mendekati ruangan atau persembahan kambing hitam tadi.
BACA JUGA:Cap Go Meh Meriah, Warga Antusias Kunjungi Pulau Kemaro
BACA JUGA:Banyak Pengunjung Luar Palembang, Mulai Hari Ini Cap Go Meh di Pulo KemaroDi saat itu, puluhan hingga ratusan warga ini berebut untuk mendapatkan percikan darah hasil penyembelihan seekor kambing berwarna hitam tadi. Bahkan tidak sedikit pula, mengoleskan uang miliknya pecahan Rp 50 ribu dan Rp 100 ribu ke darah hasil penyembelihan kambing tadi.
"Biasanya ini hanya dilakukan setiap Cap Go Meh saja. Di sebagian masyarakat Tionghoa juga meyakini, uang yang sudah dioleskan ke darah dari kambing yang telah disembelih tadi, akan berikan keberkahan dan rezeki berlimpah. Untuk itu disimbolkan dengan uang, sehingga uang yang kita dapat bisa terus bertambah" ulas Agus (35) warga Talang Buruk dibincangi oleh koran ini, Jumat (23/2) dinihari.
Terpisah, Ketua Panitia Cap Go Meh 2575 BE, Chandra Husien mengungkapkan, Cap Go Meh atau perayaan 15 Hari setelah usai Imlek, menjadi puncak dari perayaan Imlek yang sekaligus juga penanda berakhirnya perayaan Imlek di tahun tersebut. Karena itu di momen tersebut, dirayakannya semeriah mungkin. Oleh karena itu, untuk perayaan di Kota Palembang, puncak perayaan Cap Go Meh ini dilaksanakan di Pulo Kemaro.
"Tradisi Cap Go Meh sendiri dalam tradisi Tionghoa sudah berusia ribuan tahun, kalau di Palembang sendiri sudah ratusan tahun lalu seiring perkembangan etnis keturunan Tionghoa yang ada di Palembang. Bahkan di momen ini, selalu dirayakan di Pulo Kemaro yang sekaligus juga menjadi tempat sakral bagi warga keturunan Tionghoa terutama yang beragama Tridharma. Karena Pulo Kemaro memiliki nilai historis," ulasnya.