SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah seputar Desa Karangan, Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Kota Prabumulih, Provinsi Sumsel melesat 2-3 kali lipat dalam 3 tahun terakhir.
Kenaikan harga ini pasca keberadaan exit Jalan Tol Simpang Indralaya-Prabumulih yang diresmikan Presiden RI, Joko Widodo pada 26 Oktober 2023 lalu.
BACA JUGA:Jalan Tol Sumatera Buka Peluang Besar bagi Penjualan Hino Bus RK280 ABS!
Beberapa warga lokal atau pendatang melihat lokasi ini sebagai peluang investasi menjanjikan. Mereka membeli tanah dan bangunan karena percaya adanya pintu tol memicu keramaian masyarakat dan mobilitas kendaraan lalu lalang di Desa Karangan.
Walaupun NJOP kian mahal, mereka yakin tahun-tahun mendatang harganya bakal naik lebih tinggi.
Beberapa kali Yayan Kurniawan kedatangan pengusaha asal Prabumulih, Muara Enim, bahkan Kota Palembang ke kantornya.
Mereka menyatakan minat membeli tanah di Desa Karangan untuk berinvestasi dan membuka usaha. “Datang ke kantor desa mengecek legalitas atau surat menyurat tanah yang dijual warga.
Rata-rata membeli tanah di pinggir jalan tepatnya sekitar exit toll,” ungkap Kepala Desa Karangan ini, Kamis (16/2).
Bagi Pemerintah Desa, kehadiran investor-investor lokal ini tentu berdampak positif, meratakan pembangunan, meningkatkan perekonomian rakyat. Transaksi dan uang beredar di masyarakat semakin besar. Makanya sejak awal, lanjut Yayan, masyarakat desa bersyukur sekali ketika Pemerintah dan PT Hutama Karya (Persero) selaku pengelola Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) menetapkan Desa Karangan sebagai lokasi pintu Tol Indralaya-Prabumulih.
Artinya pengendara yang keluar tol mau ke Kota Prabumulih harus melewati Desa Karangan lebih dulu, yang jaraknya sekitar 13 km atau setengah jam perjalanan. Begitupula bagi yang mau ke Kota Muara Enim maupun Baturaja. “Kami sudah prediksi, efek berganda (multiplier effect) ini pasti terjadi,” terang pria yang dilantik 29 Desember 2021 ini.
Dikatakan, sekitar tahun 2020 atau sebelum exit toll dibangun, harga tanah khususnya di pinggir Jalan Raya Prabumulih-Baturaja, Desa Karangan masih Rp150 ribu per meter persegi, sekarang melejit menjadi Rp300-600 ribu meter persegi. Makin strategis lokasinya makin mahal.
Puluhan warga yang tanahnya terkena pembebasan lahan untuk jalan tol tahun 2020-2021 juga rata-rata diganti untung ratusan juta. “Di dalam-dalam saja (kebun, red) itu Rp100 juta-an, kalau ganti rugi pasti tidak mau. Apalagi setelah ada jalan tol ini Desa Karangan maju,” tuturnya. Ribuan kendaraan melintas setiap hari, banyak yang singgah makan atau jajan usai keluar tol, baik itu mobil pribadi, travel, bus, sopir angkutan barang, dan lainnya.
Pelaku UMKM desa bertumbuh kian pesat. “Makin banyak warga kita kreatif mengambil peluang usaha. Mereka buka warung di pinggir jalan seperti toko manisan, kelontongan, minimarket, rumah makan. Ekonomi rakyat jadi meningkat,” imbuhnya. Bahkan kini seputar exit toll ada 4 rumah makan yang buka dan selalu ramai pelanggan.
Yayan menyebut kehadiran Jalan Tol Indralaya-Prabumulih juga mempercepat akses masyarakat ke Kota Palembang. “Terutama pengangkutan hasil komoditas petani desa kita, mayoritas buah sawit dan karet. Pengepul membawanya ke pabrik-pabrik di Kota Palembang via jalan tol,” paparnya. Kendati sekarang berbayar namun tetap menguntungkan, hitung-hitungannya lewat jalan umum itu sekitar 2,5-3 jam sampai Palembang (Jembatan Musi II). Tapi lewat Jalan Tol Palembang-Indralaya-Prabumulih cuma 1 jam.