SUMATERAEKSPRES.ID - Sebuah kisah inspiratif datang dari masa kekhalifahan Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang diangkat menggantikan Abu Bakar Siddiq sebagai Khalifah, pemimpin umat Islam.
Dikenal dengan kepemimpinan yang tegas dan bijaksana, Umar berhasil mengambil keputusan-keputusan penting yang mendorong kemajuan Islam pada masanya.
Meskipun berkuasa sebagai khalifah, Umar tetap merendahkan diri. Tidak pernah terpancing oleh kesombongan, ia tetap dekat dengan rakyatnya, menunjukkan kasih sayang sebagaimana Rasulullah saw mencintai umatnya.
Salah satu kisah menarik yang menggambarkan dedikasi Umar terhadap rakyatnya terdapat dalam buku Kisah dan Hikmah karya Dhurorudin Mashad.
BACA JUGA:Batumarta dan Semidang Aji Dinilai Berhasil, Tekankan GSMP Tetap Lanjut
BACA JUGA:Kapolres Muba Resmikan Pos Lantas Aipda Sumarlin di Perbatasan Sumsel-Jambi, Ini Makna Penamaannya
Pada malam hari menjelang dini hari, Umar bin Khattab biasa melakukan blusukan bersama pengawalnya untuk memantau kondisi rakyat yang dipimpinnya.
Ia menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai pemimpin adalah untuk memastikan kesejahteraan rakyatnya.
Suatu malam, saat berkeliling, Umar tiba di sebuah perkampungan kecil terpencil. Saat mendekati sebuah rumah, ia mendengar tangisan seorang anak kecil.
Suara tangis itu menusuk hatinya. Ia mendengar seorang wanita di dalam rumah mencoba menenangkan anaknya yang kelaparan.
BACA JUGA:Ditemui THN, Habib Umar Palembang Dukung ke Paslon Amin
BACA JUGA:Zulhas dan Umar Halim Bagikan Paket Bantuan di Sumatera Selatan
"Diamlah, nak. Tidurlah sebentar, sambil menunggu bubur segera matang," kata wanita itu.
Namun, anak tersebut terus menangis. Umar yang penasaran akhirnya bertamu dengan menyamar dan menanyakan keadaan. Ia juga menanyakan alasan anak tersebut menangis tanpa henti.
Wanita itu menjelaskan bahwa ia sedang memasak sebuah batu, mencoba untuk menenangkan anaknya yang kelaparan. Ia bahkan menyuarakan kekecewaannya terhadap khalifah atas keadaan tersebut.
Mendengar itu, Umar merasa tersentuh dan memohon ampun kepada Allah SWT. Ia merasa telah gagal sebagai pemimpin yang tidak menyadari penderitaan rakyatnya.
Umar kemudian pergi dan mengambil sekarung gandum yang dipikulnya sendiri ke rumah ibu dan anak tersebut. Ia menolak bantuan pengawalnya dengan mengatakan, "Apakah kalian ingin menggantikanku menerima murka Allah karena membiarkan rakyatku kelaparan? Biar aku yang memikulnya. Ini lebih ringan bagiku daripada siksaan Allah di akhirat."
Setibanya di rumah wanita itu, Umar langsung memasak sebagian gandum untuk mereka. Ia memastikan ibu dan anak itu makan sampai kenyang sebelum meninggalkan mereka dengan pesan untuk datang ke Baitul Mal esok harinya.
Keesokan harinya, sang ibu datang ke Baitul Mal untuk meminta bantuan. Umar dengan senang hati memberikan jatah tunjangan pangan untuk mereka.
Ketika ibu itu menyadari bahwa orang yang membantunya adalah Umar sang Khalifah, ia terkejut. Umar dengan tulus meminta maaf atas ketidakpedulian sebelumnya.
Kisah ini mengajarkan betapa pentingnya kesadaran akan tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya.
Umar bin Khattab menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam memastikan kesejahteraan rakyatnya, dan kesediaannya untuk merendahkan diri demi kebaikan umat Islam.